tulis proses cara membuat baju adat dayak serta bahan dan

Berikut ini adalah pertanyaan dari lliliani392 pada mata pelajaran Wirausaha untuk jenjang Sekolah Dasar

Tulis proses cara membuat baju adat dayak serta bahan dan alat? ​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

PENJELASAN:

Pohon Terap Hundang yang digunakan untuk pembuatan baju adat dayak kalimantan.

Kalimantan memang bumi yang penuh dengan pesona, Hutan hujan tropisnya tidak hanya diakui sebagai paru-paru dunia yang sangat berpengaruh terhadap komposisi kualitas udara yang menyelimuti permukaaan bumi.

Dari sisi budaya, hutan hujan tropis Kalimantan juga menjadi rumah sekaligus media aktualisasi dari ragam budaya anak bangsa yang tumbuh dan berkembang bersama kesahajaan alam khas hutan-hutan adat Kalimantan yang dipercaya masih menyimpan berbagai misteri.

Suku Dayak Deah merupakan sub suku Dayak dari rumpun Ot Danum/rumpun Barito Raya dari kelompok Dusun yang mendiami desa Gunung Riut (Balangan) dan sebagian desa-desa di kecamatan Upau, Muara Uya, Haruai dan Bintang Ara yang terletak di bagian utara, Kabupaten Tabalong, provinsi Kalimantan Selatan.

Dalam bahasa Dayak Deah Kata “deah” sendiri berarti “tidak” , maksudnya merujuk pada kebiasaan masyarakat suku Dayak Deah yang tetap teguh menyatakan dirinya sebagai suku Dayak meskipun telah memeluk agama Islam.

pengrajin kreasi baju adat Dayak Deah dari kulit kayu, yaitu Bapak Wencen atau Wincen warga  Desa Pangelak, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Cara Membuat Baju Dari Kulit Kayu

Menurut Pak Wincen, bahan utama pembuatan baju kulit kayu ini adalah kulit pohon Terap Hundang (Artocarpus odoratissimus), yaitu pohon yang berbuah mirip nangka tapi ukurannya lebih kecil dengan aroma buah yang wanginya kuat mirip cempedak yang biasa disebut oleh masyarakat Suku Dayak Deah dengan sebutan Kulit Kayu Deluang. Pohon yang tumbuh subur di hutan-hutan di daerah Tabalong ini masih satu marga baik dengan nangka (Artocarpus heterophyllus) maupun cempedak  (Artocarpus integer) yang dalam bahasa lokal Banjar disebut tiwadak.

Peralatan untuk membuat baju kulit kayu ini relatif sederhana, seperti palu dari kayu (urang Banjar menyebutnya tukul), mandau dan belayung (sejenis kapak tradisonal). Tidak semua batang pohon terap bisa dijadikan bahan pembuat baju, hanya batang pohon dengan ukuran diameter 10 cm keatas saja yang boleh dan bisa diambil kulitnya.

Inilah salah satu kebijakan masyarakat adat untuk menjaga kelestarian dari pohon terap itu sendiri. Intinya semakin besar diameter kayu deluang maka akan menghasilkan lembaran kain yang lebih lebar juga, artinya baju atau produk lain yang dibuat juga akan semakin banyak. Sebagai gambaran, dengan mengambil batang berdiameter 10 cm dengan panjang sekitar 1 meter, Pak Wencen bisa membuat 1 baju.

Cara pengolahannya sebenarnya juga sederhana tapi memerlukan kecermatan dan kehati-hatian. Setelah kulit kayu deluang diambil dengan cara dikuliti secara urus, kemudian kulit kayu dipukul-pukul menggunakan palu kayu atau tukul dengan kekuatan yang terukur secara merata sampai kulit kayu tipis dan melebar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dengan tekstur halus merata menyerupai kain yang siap dijahit.

Setelah itu bahan kain kulit kayu tersebut dijemur langsung dibawah terik sinar matahari. Jika panasnya maksimal seperti cuaca siang di Banjarmasin yang panasnya memang juara diperlukan waktu sekitar 2 jam penjemuran. Setelah itu, kain di potong sesuai pola kebutuhan dan peruntukannya.

untuk membuat satu potong baju dari desain sampai jadi, tapi tanpa finishing (memberi bordir, kancing baju, untaian manik-manik kayu dan hiasan lainnya) membutuhkan waktu sekitar 3 jam.

Untuk finshing pemberian corak adat sekaligus pemberian batas (fungsinya mirip obras pada tepi jahitan kain kayu deluang), biasanya Pak Wencen menambahkan aneka hiasan bordir/sulaman pada baju yang dibuat dengan menggunakan benang jahit biasa, kecuali ada pesanan dengan benang tertentu.

Pada jaman dahulu, sebelum masyarakat Dayak Deah mengenal benang jahit berbahan kapas, bordiran atau hiasan sulaman pada baju memakai benang yang terbuat dari serat daun nenas.

Untuk perawatan, baju kulit kayu deluang khas dari Dayak Deah ini menurut Pak Wencen relatif mudah, yang penting jangan disimpan pada suhu dengan kelembaban tinggi, karena akan mengundang jamur yang bisa merusak tampilan original baju kulit kayu, selain itu jamur juga akan mempercepat proses pelapukan kain kulit kayu deluang ini.

Walaupun disarankan menghindari kelembaban tinggi dan dominan, bukan berarti baju kulit kayu ini tidak bisa di cuci lho. Menurut Pak Wencen, kalau memang kotor bisa saja dicuci dengan air dan deterjen, tapi jangan terlalu sering dan cara mencucinya tidak dengan cara di kucek seperti kain pada umumnya, tapi dengan cara disikat pakai sikat dengan ujung bulu yang lembut dan  setelah itu di jemur seperti biasa.

Selain dibuat baju, rok wanita, rompi atau berbagai jenis pakaian lainnya, kain dari kulit kayu pohon terap hundang atau Deluang ini bisa juga dibuat berbagai souvenir dan kerajinan tangan lainnya seperti topi, tas, dompet, kipas dan banyak lagi yang lainnya.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh jesika14j dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 06 Jun 22