Jawaban:

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan yang indah, hiduplah seorang pemuda bernama Rama. Desa tersebut terkenal dengan kehidupan yang harmonis dan semangat "Bhineka Tunggal Ika" yang tinggi, di mana masyarakat dari berbagai suku dan agama hidup berdampingan dengan damai.

Rama adalah anak seorang tukang sapu lidi yang terampil. Setiap pagi, Rama dan ayahnya pergi ke hutan untuk mengumpulkan sapu lidi, yang nantinya akan mereka jual di pasar. Ayahnya selalu mengajarkan Rama tentang pentingnya kebersamaan, kerja keras, dan menghargai perbedaan.

Suatu hari, Rama pergi ke hutan sendirian untuk mengumpulkan sapu lidi. Saat sedang berada di tengah hutan, Rama terperangkap dalam jaring laba-laba yang besar. Dia berusaha melepaskan diri, tetapi semakin ia bergerak, semakin terjebak ia dalam jaring tersebut.

Rama merasa putus asa. Namun, tiba-tiba muncul seorang wanita tua dari balik semak-semak. Wanita itu adalah Nyai Endah, seorang pemuka agama yang bijaksana dan dihormati di desa itu. Ia mendekati Rama dengan senyuman hangat.

"Diam, anak muda. Aku akan membantu kamu," kata Nyai Endah dengan penuh kebijaksanaan.

Dengan sapu lidi yang ia bawa, Nyai Endah mulai merajut dan mengurai jaring laba-laba dengan hati-hati. Dalam waktu singkat, Rama berhasil bebas dari jeratan laba-laba yang mengikatnya.

Rama merasa sangat terharu dan berterima kasih kepada Nyai Endah. Dia bertanya, "Nyai Endah, mengapa kamu membantu saya dengan sapu lidi?"

Nyai Endah tersenyum sambil menjawab, "Sapu lidi adalah simbol dari Bhineka Tunggal Ika. Seperti sapu lidi yang terdiri dari banyak serat yang berbeda namun tetap bersatu, begitu pula kehidupan kita. Meskipun kita berbeda-beda, kita harus saling membantu dan menghormati satu sama lain. Kita adalah satu kesatuan yang indah."

Rama mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh Nyai Endah. Dalam hatinya, ia bertekad untuk terus menjaga semangat Bhineka Tunggal Ika di desanya. Setelah itu, Rama kembali ke desa dengan sapu lidi di tangannya, sambil membawa cerita inspiratif tentang persatuan dan kerjasama.

Sejak hari itu, Rama dan ayahnya menggunakan sapu lidi mereka untuk membersihkan desa dengan penuh kegembiraan. Masyarakat desa mengikuti contoh mereka, saling bekerja sama tanpa memandang suku, agama, atau perbedaan lainnya.

Dalam desa yang harmonis itu, sapu lidi menjadi simbol persatuan dan keragaman yang membuat mereka semakin kuat dan bersatu. Bhineka Tunggal Ika terus mengalir dalam setiap aspek kehidupan mereka,