Pakem tentang penggunaan batik masih diyakini dalam tradisi upacara adat.

Penjelasan:

Sejak zaman dahulu hingga sekarang, masyarakat Jawa masih menggunakan batik dalam upacara adat yang diselenggarakan. Ketika upacara adat, kain batik yang motifnya juga disesuaikan dengan acara tersebut. Hal itu dikarenakan motif ataupun ragam hias mempunyai makna tersendiri. Di dalam motif terdapat harapan serta simbol pengabdian soerang hamba kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berikut ini pakem pemakaian motif batik untuk upacara adat:

• Pemakaian batik saat siraman dalam upacara pernikahan, mempelai laki-laki dan perempuan menggunakan jarik dengan motif batik grompol. Grompol berasal dari bahasa jawa yaitu dompol yang artinya bergerombol. Harapannya agar penggunaan motif ini diberikan rejeki yang datangnya bergerombol atau banyak.
• Saat Midodareni, orangtua serta mempelai perempuan menggunakan kain batik dengan motif truntum yang dimaknai sebagai tumaruntum yang artinya siap dituntun. Sedangkan mempelai laki-laki menggunakan kain batik dengan motif wahyu tumurun yang dimaknai sebagai pengharapan datangnya wahyu dari Tuhan.
• Saat akad nikah kain jarik yang digunakan bermotif sidomukti, sidoluhur ataupun sidoasih. Sido mempunyai arti menjadi, mukti artinya kemakmuran, luhur artinya mulia, dan asih artinya dicintai.
• Pemakaian batik menjelang kelahiran biasanya menggunakan motif seperti Motif Wahyu Tumurun yang berisi harapan agar si jabang bayi memilki kedudukan yang baik.
• Motif batik yang melambangkan duka cita yaitu motif slobok yang berarti longgar. Longgar dimaksudkan untuk doa agar arwah yang meninggal diberi kelonggaran, ampunan dan juga dilapangkan kuburnya.

Pelajari lebih lanjut

Teknik pembuatan batik

yomemimo.com/tugas/5731387

#BelajarBersamaBrainly