Hadist Nabi SAW yang menjelaskan tentang hukum mengurus jenazah dengan kondisi yang tidak normal sebagai konsekuensi dari akibat meninggalnya adalah:

أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِدَفْنِ شُهَدَاءِ أُحُدٍ فِي دِمَائِهِمْ وَلَمْ يُغَسَّلُوْا وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ

Artinya: "Bahwasanya Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk mengubur para syuhada' Uhud dalam (bercak-bercak) darah mereka, tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. (HR Al Bukhari).

Pembahasan

Jenazah yang meninggal dalam kondisi berperang di jalan Allah SWT tidak perlu dimandikan sebelum dikubur. Jenazah mereka yang terbunuh (syahid marakah) bisa langsung dikuburkan meski masih ada bercak darahnya. Berikut hadistnya seperti yang dinarasikan Jabir.

Beberapa kondisi yang juga dianggap mati syahid adalah:

• Orang yang meningal saat menuntut ilmu, meninggal karena kecelakaan di perjalanan dakwah atau orang yang wafat ketika sedang di dalam agenda dakwah.
• Orang yang terkena wabah, juga sama dengan orang yang meninggal di jalan Allah. Sementara jenazahnya ditangani sebagaimana umumnya jenazah umat muslim yakni dimandikan dan shalatkan sebelum dimakamkan.

• Orang yang meninggal karena sakit perut. Dalam kitab Fathul Bari terdapat Bab: obat sakit perut dan terdapat hadits Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang mati karena (ada penyakit) dalam perut maka ia syahid" (HR. Muslim)
• Orang yang meninggal karena tenggelam di air tergolong mati syahid. Jika jenazah diketemukan maka harus dimakamkan sesuai syariat Islam yakni dengan dimandikan, dikafani dan disholatkan.

Pelajari Lebih Lanjut

Pelajari lebih lanjut mengenai materi Pengurusan Jenazahpada link berikut iniyomemimo.com/tugas/4294441

#BelajarBersamaBrainly

#SPJ1