Ibnu Katsir menambahkan, “Yang jelas bahwa Ulil Amri itu umumnya mencakup setiap pemegang urusan, baik umara maupun juga ulama.”

Ibnu Katsir berkata, “Ayat di atas (Qur’an Surat. An-Nisa ayat 59) adalah perintah untuk mentaati setiap ulama dan umara. Untuk itu Allah berfirman, ‘Taatlah kepada Allah,’ yaitu ikutilah Kitab-kitabNya (Al-Qur’an), ‘Dan taatlah kepada Rasul,’ yaitu berpeganglah pada Sunnahnya, ‘Dan Ulil Amri di antara kamu sekalian,’ yaitu pada apa yang mereka perintahkan kepada kalian semua dalam rangka taat kepada Allah, bukan untuk perbuatan yang maksiat kepada-Nya. Karena, tidak berlaku ketaatan pada makhluk yang dalam rangka maksiat pada Allah.”

Artinya taat kepada Ulil Amri ada batasan terhadap perintahnya, berbeda dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya yang merupakan sesuatu yang merupakan wajib dan bernilai mutlak.

Pembahasan:

Ibnu Qayyim meneruskan, bahwa sesungguhnya terdapat ayat yang membicarakan tentang ketaatan kepada Ulil Amri adalah alasan yang paling kuat untuk membantah dan memperjelas kekeliruan pada taqlid. Kekeliruan tersebut dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu :

• Pertama, perintah taat kepada Allah adalah perintah mutlak untuk melakukan segala apa yang diperintahkannya, dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.

• Kedua, Ketaatan pada Rasul SAW. Dua bentuk ketaatan ini tidak akan dapat ditunaikan oleh seorang hamba kecuali dengan mengenal dan tahu persis tentang apa yang diperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mengetahui dengan pasti perintah-perintah Allah dan hanya bertaqlid kepada Ulil Amri, niscaya ia tidak mungkin mewujudkan ketaatannya kepada Allah dan juga Rasul-Nya.

• Ketiga, Di dalam sebuah riwayat ditemukan juga sebuah larangan untuk bertaqlid kepada Ulil Amri, sebagaimana terdapat pada sebuah riwayat yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal.

Pelajari lebih lanjut :

Materi tentang pengertian ulil amri menurut para ulama dapat dipelajari pada link yomemimo.com/tugas/11684200

#BelajarBersamaBrainly

#SPJ4