Jawaban:

Pencarian para bijak (resi) India menemukan realitas tertinggi membawa mereka pada sebuah pemahaman bahwa harus ada sebuah sumber abadi dari eksistensi. Sumber itu harus menjadi yang darinya segala sesuatu dapat menjadi ada dan agung. Para resi, lantas, menyebut realitas tertinggi dengan sebutan Brahman. Namun, para resi tidak berani mendeskripsikan apa itu Brahman. Maksud para resi tidak mendeskripsikan dikarenakan jika Brahman realitas tertinggi menyematkan satu definisi terhadapnya menyiratkan ada batasan. Logika para resi hendak mengatakan bahwa adalah kemustahilan membatasi sesuatu yang tertinggi karena jika demikan halnya berarti ada sesuatu yang lebih tinggi dari Brahman. Maka, salah satu cara para resi memahami Brahman adalah melalui jalan negasi[3] dan ia yang tidak dapat disatukan dan menyatu dengan apapun[4]. Hal hasil Brahman tetap tinggal tak terperikan dan rahasia[5].

Pencarian lain yang harus ditemukan para resi India adalah kesadaran diri tentang keberadaan diri yang paling dalam. Pencarian itu disimpulkan oleh para resi dengan konsep Atman (Self). Atman (Self) bagi para resi adalah itu yang bebas dari kejahatan, bebas dari usia lanjut, bebas dari kesusahan[6]. Ia harus dicari, ia itu real, dan hanya ia yang harus dimengerti. Dengan demikian, bagi para resi, Atman itu selalu berada dalam setiap diri manusia tetapi ia tidak dapat disamakan dengan self fisik inderawi. Self tertinggilah yang senantiasa harus dicari manusia.

Setelah menemukan pencarian tertinggi mengenai realitas dan keberadaan diri yang paling dalam. Para resi mencoba menemukan relasi antar keduanya. Mereka berkesimpulan bahwa Atman adalah Brahman itu sendiri. Mereka terlihat seperti dua hal yang berdiri sendiri tetapi pada kenyataannya Atman-Brahman merupakan dwitunggal dari eksistensi. Mereka saling terpaut yang dapat ditemukan melalui penggalian atas dasar segala sesuatu dan terhadap dasar realitas eksistensi tertinggi.

Penjelasan:

semoga membantu, jadikan jawaban terbaik ya