Jelaskan hubungan antara ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum

Berikut ini adalah pertanyaan dari wahdagaleri pada mata pelajaran Sosiologi untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Jelaskan hubungan antara ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

adalah...

Penjelasan:

Umumnya orang beranggapan bahwa agama sangat erat kaitannya dengan moralitas. Karena pada dasarnya agama diturunkan ke muka bumi tidak lain adalah untuk membenahi moralitas kehidupan manusia. Adapun dengan ekonomi memang sulit untuk dikaitkan langsung. Walaupun ada pelajaran agama yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, tetapi tidak ada ayat menyatakan bahwa agama diturunkan ke muka bumi tidak lain adalah untuk memperbaiki kehidupan ekonomi manusia.

Agama Islam, misalnya, sering diidentikkan sebagai agama rahmatan lil alamin. Agama untuk keselamatan alam semesta. Bahkan ada hadis yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi ini, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak (perilaku). Dari sini jelas-jelas bahwa agama dan moralitas, sejatinya, satu nafas. Hal ini saya yakin ada juga di dalam agama-agama lainnya. Dalam bahasa statistika bisa dikatakan bahwa korelasi agama dan moralitas itu tinggi sekali.

Pertanyaannya, apakah benar bahwa agama telah membimbing ummatnya lebih bermoral daripada mereka yang tidak beragama? Apakah pemeluk agama itu lebih toleran, lebih penolong, lebih punya sifat altruism ketimbang mereka yang tidak beragama (nir-agama)? Tentu pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan jumlah sampel yang sangat kecil. Misalnya, ada satu keluarga yang taat beragama itu baik sekali kehidupan sosialnya. Atau sebaliknya, ada keluarga yang jahat padahal ta’at beragama. Dari dua informasi itu kita tidak bisa menarik kesimpulan apa-apa. Kesimpulan umum tidak dapat ditarik dari orang atau keluarga yang jumlahnya sedikit atau hanya berdasarkan pandangan selintas. Artinya diperlukan jumlah sampel cukup banyak diperoleh melalui metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Di bulan November 2015 peneliti dari Universitas Chicago melaporkan hasil riset tentang moralitas yang ada kaitannya dengan pemeluk agama (Forbes dan Current Biology Journal). Sampel diambil dari 1170 anak-anak usia 5-12 tahun dari keluarga Muslim (43%), Kristen (24%), dan sisanya dikategorikan tidak memeluk agama (nir-agama). Adapun negara dalam penelitian itu ialah USA, Kanada, Jordania, Turki, dan Afrika Selatan.

Hasilnya cukup mengejutkan saya sebagai orang yang memeluk agama (Islam). Ditemukan bahwa kelompok pemeluk agama cenderung lebih egoist (selfish) daripada mereka yang berasal dari keluarga nir-agama. Kebiasaan berbagi dan kepedulian terhadap orang lain atau altruism keluarga nir-agama lebih baik daripada keluarga agamis. Perilaku kelompok keluarga agamis cenderung lebih keras dan eksklusif. Selain itu, ditemukan juga semakin naik usianya, tingkat “selfish” mereka semakin menjadi-jadi.

Penemuan ini menggagalkan hipotesis saya yang beranggapan bahwa agama dan moralitas itu saling berkaitan, berkorelasi positif. Yang terjadi malah sebaliknya. Saya berpikir ini suatu masukan yang sangat berharga bagi umat beragama untuk menata ulang pendidikan yang berkaitan dengan moral kehidupan sehari-hari. Hubungan antar manusia (hablumminnas) keluarga agamis perlu lebih ditekankan. Sehingga sifat-sifat altruism atau kesalehan sosial umat beragama berkembang baik.

Saya pikir banyak faktor penyebab munculnya sifat-sifat non-kooperatif umat beragama. Salah satunya adalah fanatisme buta. Bisa jadi para pemeluk agama sudah terperangkap oleh paradigma merasa paling benar sendiri. Sehingga mereka terisolasi oleh pikirannya sendiri dan tertutup dari kehidupan sosial yang lebih beragam. Keleluasaan berpikir kelompok agamis tidak selebar mereka yang nir-agama. Hal ini bisa dijadikan lonceng peringatan bagi para pendidik agama agar sifat-sifat kemanusiaan (humanity) yang tinggi bisa tumbuh subur di kalangan umat beragama. Para pendidik harus terus berjuang agar agama itu membawa perdamaian, rahmat, keindahan, dan keteraturan di muka bumi ini. Bukan sekedar retorika. Humanitas kaum agama harus menjadi realita kehidupan sehari-hari.

Bila dikaitkan dengan ekonomi negara, agama juga tidak menunjukkan berita gembira. Hasil penelitian Pusat Riset Pew (Pew Research Center, USA) Desember 2015 ada indikasi bahwa negara-negara yang masyarakatnya menganggap agama itu sangat penting ternyata kelompok negara berpenghasilan rendah. Mereka itu ialah Etiopia, Senegal, Uganda, Pakistan, Burkima Fosa, Tanzania, Ghana, Nigeria, dan Filipina. Adapun Indonesia berada dalam klaster ini, yaitu berada diantara Senegal dan Uganda. Dari catatan ekonominya, pendapatan per kapita negara-negara ini di bawah rataan dunia yang berarti

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh cutwildanum2020 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 06 Nov 22