Kenapa filsafat disebut sebagai perusak kebun norma-norma pemikiran yang sudah

Berikut ini adalah pertanyaan dari 4kandra54 pada mata pelajaran Sosiologi untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Kenapa filsafat disebut sebagai perusak kebun norma-norma pemikiran yang sudah ada?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Manusia sebagai makhluk hidup memiliki kebutuhan mendasar yang tertanam dalam lingkaran nafsu yang memerlukan pemuasan. Rasa lapar dan haus ada dalam diri manusia, bersamaan dengan kebutuhan akan rumah, baju, pendidikan dan keinginan seksual. Hawa nafsu bertindak berdasarkan prinsip kesenangan. Sementra pengenalan akan baik dan buruk banyak ditentukan oleh hati nurani berdasarkan struktur kepribadiannya, yang unsurnya terdiri kepribadian perilaku, ego dan superego

Perilaku yang baik sesuai dengan norma moral atau memenuhi tuntutan “etika” yang bersifat etis. Ego atau keakuan berkembang melalui kesadaran atas lingkungan aktivitasnya yang dapat terbentuk pada kondisi prasadar, sadar dan tidak sadar. Superego merupakan pelaku yang melakukan sensor terhadap tindakan, perasaan, dorongan keinginan dan lain sebagainya, serta sering berhadapan dengan ego, yang kadangkala menganggap ego sebagai objek yang keras. Superego juga kadangkala lembut dan halus dalam menyesuaikan dengan persepsi ego yang mengakibatkan keseimbangan batin. Superego ini lebih cenderung diistilahkan sebagai hati nurani. Akan tetapi, superego yang berlebihan bisa menimbulkan penyakit dan kekurangseimbangan batin itu sendiri. Win Usuluddin Bernadien menuliskan pendapatnya:[1]

Hampir setiap manusia dapat dikatakan sebagai seorang filsuf, artinya bahwa setiap orang itu mempunyai filsafatnya sendiri-sendiri. Setiap diri yang berkesadaran tentu mempunyai pandangan khas terhadap alam semesta. Oleh karena itu, maka filsafat sering diartikan sebagai usaha manusi yang gigih untuk dapat membuat hidup ini sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna. Pengertian filsafat yang demikian ini sering kita dapati, misalnya filsafat seorang pahlawan rawe-rawe rantas malang-malang putung..

Dari kondisi yang demikian kompleks dalam diri manusia, maka filsuf meyakini perlunya mengarahkan manusia agar memiliki kesadaran moral yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain secara lebih luas. Jujun S. Suriasumantri menyebutkan pendapatnya:[2]

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.

Dengan demikian, karena tingkat pendidikan manusia berpengaruh terhadap persepsinya tentang rasionalitas dan pemikiran dengan kesadarn moral yang penuh rasa tanggungjawab dan kemandirian, maka kematangan diri manusia menjadi landasan dalam pengembangan pengetahuan dan kesadaran filsafat dalam akal budinya. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan manusia semakin sesuai untuk menerima siraman filsafat dikarenakan adanya kecintaan hatinya yang mendorongnya berjalan kepada mencari kebenaran yang belum maupun sudah tersingkap, dengan tetap menegaskan bahwa manusia berpendidikan rendah juga kadangkala mampu berfikir rasional dan jujur.

Dengan akal budi, rasionalitas dan kejujurannya tersebut, manusia memiliki kemampuan untuk merefleksi hasil olah pikirnya dengan lingkup dan batasan, pelembagaan, kesepakatan, pemanfaatan dan dinamika terkait pemenuhan kehidupannya yang melahirkan ilmu dan pengetahuan, yang salah satunya disebut sebagai filsafat.

Filsafat merupakan ilmu yang paling tua, disebabkan ilmu filsafat merupakan dasar dari segala dasar berpikir yang membutuhkan pemecahan dari pertanyaan dan persoalan hidup di dalam olah pikir manusia, di mana lantas melahirkan berbagai cabang ilmu.

Filsafat menyentuh berbagai dimensi hidup manusia, keterbukaan total terhadap realitas hidup, kejujuran hati dan merefleksikan suasana jiwa yang tentram dan damai atas dasar gerak hidup berdasarkan perilaku hukum Tuhan dan hukum horizontal yang disusun oleh dan atas kesepakatan universal umat manusia. Hukum ciptaan Tuhan dan hukum ciptaan manusia tidak dipertentangkan, tetapi diselaraskan melalui renungan filsafat dan pendamaian multi dimensi dalam keluhuran budi pekerti, serta mampu menghubungkan akar masalah manusia dengan jembatan penyelesaiannya secara rasional dan jujur

Penjelasan:

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh PandeCinta dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Thu, 03 Feb 22