Berikut ini adalah pertanyaan dari rararj357 pada mata pelajaran Sosiologi untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Mata pelajaran tentang agama dan atau moral memang agak krusial, karena moralitas bisa merupakan moralitas agama, moralitas sosial kemasyarakatan, moralitas kesopan, dan aspek lainnya. Oleh karena itu, nama mata pelajaran ini perlu didiskusikan lebih lama. Penumbuhan budi pekerti menjadi salah satu alternatif. Pendidikan moral menjadi alternatif lainnya. Pendidikan agama menjadi alternatif yang lain lagi. Sudah lama mata pelajaran Pendidikan Agama diajarkan di sekolah, baik negeri maupun swasta. Baik Sekolah di bawah pembinaan Kemdikbud maupun Kemenag. Sudah lama pula ada mata pelajaran Budi Pekerti yang penilaiannya dengan cara kuantitatif maupun kualitatif. Bahkan telah diluncurkan Pendidikan Karakter untuk pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan karakter tersebut diluncurkan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 mei.
Dengan demikian, dalam kurikulum sekolah telah diajarkan beberapa mata pelajaran, yakni Pendidikan Agama sesuai dengan Agama yang dipeluk, PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara), PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), serta Civics. Di samping itu, dalam kegiatan penataran atau pelatihan, baik di sekolah maupun di kantor-kantor pemerintah juga dilatihkan P4 (Bahkan nilai-nilai karakter juga sering disebut dengan Karakter Mulia. Untuk menyatukannya perlu pertimbangan dari berbagai aspek.
Kedua, untuk mata pelajaran yang terkait dengan nasionalisme, cinta tanah air, dan kewargaan negara, kita jadikan satu mata pelajaran terintegrasi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Social Studies. Sedang Sains merupakan fusi mata pelajaran Kimia, Biologi, Fisika, dan sejenisnya. Mata pelajaran ini bersifat thematic-integrative untuk jenjang pendidikan SD dan SMP yang sebenarnya sejak tahun 1968 telah terjadi fusi mata pelajaran antara beberapa mata pelajaran, yakni geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, civics, dan sejenisnya. Untuk SMA sederajat, integrasi tersebut dapat dilonggarkan, bahkan harus menjadi mata pelajaran tersendiri, misalnya Civics dengan mata pelajaran sendiri, juga Sejarah, Ekonomi, Antropologi, dan apa lagi. Itulah sebabnya, penjurusan dapat dimulai sejak SMA.
Ketiga, untuk mata pelajaran yang menekankan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, selama ini mengandalkan mata pelajaran yang diajarkan di SMA ke atas. Saat ini boleh disesuaikan dengan kemajuan zaman, integrasi mata pelajaran dapat diberikan mulai SMP. Tetapi perlu pertimbangan masak-masak apakah thematic-integrative tersebut masih diperlukan untuk jenjang SMP? Seperti ilmu kimia yang selama ini hanya diberikan secara integrative di SMP, apakah sudah waktunya diberikan secara mandiri, untuk ilmu kimia, biologi, dan ekonomi di SMP. Untuk SMA sudah harus sudah harus tunggal.
Kempat, untuk mata pelajaran yang bersifat metodologis, seperti TIK dan bahasa, mata pelajaran TIK dapat saja diberikan mulai SMP dan SMA dengan prinsip sesuai dengan kebutuhan dan berifat teknis. Mengapa? Karena ternyata banyak mahasiswa semester I di perguruan tinggi yang masih gaptek TIK, misalnya belum bisa mengirimkan e-mail dan belum dapat membuka internet. Padahal, proses pendaftaran mahasiwa, sistem penilaian, bahkan UNBK (ujian nasional berbasis komputer), updating data kemahasiswaan, semuanya sudah dilakukan secara elektronik.
Kelima, mata pelajaran yang sifatnya spesifik seperti kesenian dengan berbagai ragamnya seperti teater, baca puisi, olah raga, Pramuka, Paskibra, bahkan olah raga yang sebenarnya sudah masuk Pendidikan Kesehatan, dan lain-lain yang sifatnya memang dapat disebut single intelligence, lebih baik dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal, atau ekstra kurikuler. Dengan demikian pelaksanaannya dapat lebih optimal, dan dilaksanakan secara spesifik. Dengan memasukkan single intelligence ini, pendekatan pendidikan kita bukan lagi berorientasi memilih salah satu multiple intelligences atau single intelligence, tapi kedua-duanya.
Keenam, untuk mata pelajaran untuk sekolah-sekolah kejuruan perlu dibahas tersendiri, karena lebih menekankan ranah psychomotor atau keterampilan. Untuk sekolah kejuruan inilah konsep link and match dari Menteri Wardiman memang harus diutamakan. Itulah sebabnya, sekolah kejuruan harus menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri. Jumlah sekolah kejuruan dan umum memang terkait dengan konsep link and match tersebut.
Penjelasan:
Semoga Membantu
Jangan lupa Follow yaa ^_^
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh silviaindah0527 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Thu, 22 Jul 21