1. Kepulauan Bali: Bentuk kearifan lokal yang tidak nyata di Bali adalah penyembahan dewa-dewa yang dilakukan oleh wisatawan yang datang ke pulau tersebut. Nilai story dari bentuk kearifan lokal ini adalah tidak sejalan dengan ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Bali yang mayoritas Hindu. Asal usulnya berasal dari budaya Hindu yang ada di Bali, namun tidak diakui sebagai kearifan lokal oleh masyarakat setempat.
2. Sumatera Barat: Bentuk kearifan lokal yang tidak nyata di Sumatera Barat adalah upacara pemanggil hujan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Nilai story dari bentuk kearifan lokal ini adalah tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan yang diterima sebagai kenyataan bahwa pemanggil hujan tidak dapat mempengaruhi cuaca. Asal usulnya berasal dari budaya Minangkabau, namun tidak diakui sebagai kearifan lokal oleh masyarakat setempat.
3. Daerah Istimewa Yogyakarta: Bentuk kearifan lokal yang tidak nyata di Yogyakarta adalah penyembahan arwah leluhur yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Nilai story dari bentuk kearifan lokal ini adalah tidak sejalan dengan ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Jawa yang mayoritas Muslim. Asal usulnya berasal dari budaya Jawa, namun tidak diakui sebagai kearifan lokal oleh masyarakat setempat.
4. Jawa Tengah: Bentuk kearifan lokal yang tidak nyata di Jawa Tengah adalah penyembahan leluhur yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Nilai story dari bentuk kearifan lokal ini adalah tidak sejalan dengan ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Jawa yang mayoritas Muslim. Asal usulnya berasal dari budaya Jawa, namun tidak diakui sebagai kearifan lokal oleh masyarakat setempat.
5. Sulawesi Selatan: Bentuk kearifan lokal yang tidak nyata di Sulawesi Selatan adalah penyembahan leluhur yang dilakukan oleh masyarakat Bugis. Nilai story dari bentuk kearifan lokal ini adalah tidak sejalan dengan ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Bugis yang mayoritas Muslim. Asal usulnya berasal dari budaya Bugis, namun tidak diakui sebagai kearifan lokal oleh masyarakat setempat.

Perlu diingat bahwa persepsi masyarakat dan pandangan ilmu pengetahuan yang berbeda dapat membuat suatu kearifan lokal dianggap tidak nyata. Namun, itu tidak berarti bahwa bentuk kearifan lokal tersebut tidak memiliki nilai atau arti penting bagi masyarakat setempat.