Uraikan proses perkembangan kebudayaan manusia menurut teori evolusi universal

Berikut ini adalah pertanyaan dari elysiakatrii pada mata pelajaran Sosiologi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Uraikan proses perkembangan kebudayaan manusia menurut teori evolusi universal

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Pengantar: Teori Evolusi

Evolusi dapat didefinisikan sebagai perubahan atau perkembangan, misalnya perubahan dari yang sederhana ke yang kompleks. Perubahan yang terjadi bersifat perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Evolusi merupakan lawan dari kata revolusi, yang berarti perubahan secara cepat. Bidang-bidang telaah sosial selama abad ke-19 didominasi oleh teori-teori evolusi dan perkembangan.

Bicara evolusionisme tidak akan lepas dari seorang tokoh bernama Charles Darwin. Melalui bukunya “The Origin of Species” (1859) ia berpendapat bahwa spesies tidak dapat bermutasi. Spesies-spesies yang terdapat dalam generasi yang sama adalah keturunan linear dari spesies tertentu lain yang pada umumnya sudah punah. Spesies-spesies itu juga diakui sebagai variasi dari spesies masa lalu yang telah punah itu. Gagasan Darwin ini dianggap sebagai ancaman bagi kaum Kristen ortodoks. Meskipun sesungguhnya Darwin bukanlah orang pertama yang mengeluarkan pernyataan tentang penciptaan spesies baru secara evolusioner, namun pernyataan itu mengundang pro dan kontra. Kaum fundamentalis yang meyakini kitab suci secara harafiah tidak mau berkompromi dengan pernyataan Darwin ini. Namun di sisi lain bukti-bukti evolusi cukup mendorong orang untuk melakukan penafsiran kembali kitab suci secara metaforis dan figuratif.

Konsep evolusi yang diungkapkan oleh Darwin tentang evolusi manusia menjadi ide kunci dari konsep evolusi. Pengertian teori evolusi mengalami perkembangan dari abad ke abad. Pada abad ke-18, evolusi dianggap sama dengan teori human progress, yaitu teori yang mengatakan bahwa sejarah manusia merupakan kemajuan yang bertahap dari ke-takberadaban dan kesengsaraan menuju sesuatu yang lebih tinggi, cara hidup yang lebih baik. Teori evolusi, sebagaimana teori progress, menekankan paham optimisme bahwa dalam perkembangan ini, sesuatu menjadi lebih baik. Lambat laun kedua teori ini berpisah, karena permasalahan yang timbul semakin kompleks. Kebudayaan tidak selalu berkembang ke arah yang lebih baik, sebagaimana menjadi ciri utama teori progress. Berdasar kenyataan inI maka teori evolusi mendapat tempat tersendiri.

Teori evolusi pada dasarnya adalah sebuah usaha untuk mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam peristiwa, bukan menjelaskannya dalam berbagai cara yang komplit dan pokok. Teori evolusi dapat menjadi bagian dalam menjelaskan peristiwa atau fenomena yang terjadi di dalamnya dengan pengertian yang populer dan sederhana. Hal ini dapat membantu untuk memahami bagaimana suatu benda terbentuk, melalui proses sebab yang bagaimana. Konsep evolusi memiliki kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas sebagai sarana dan prinsip untuk menjelaskan rekonstruksi teoritis dalam setiap subyek.

Sebelum perang dunia pertama sikap kritis dan negatif mengancam kelangsungan konsep evolusi kebudayaan. Sekitar peralihan abad XX, mulailah muncul bebagai reaksi penolakan terhadap cara-cara berpikir secara evolusioner. Penolakan ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena adanya penolakan humanistis terhadap Darwinisme sosial. Kedua, khusus untuk Antropologi, disebabkan semakin berkurangnya penghargaan terhadap “spekulasi dari belakang meja” dan makin dipentingkannya studi empirik di lapangan. Darwinisme sosial menekankan perjuangan untuk bertahan hidup di antara kelompok-kelompok sosial.

Dalam antropologi sekarang, penjelasan alami dengan penjelasan supranatural tidak menjadi masalah lagi. Dulu setiap upaya untuk menegakkan disiplin ilmiah antropologi selalu mendapat rintangan dari iklim penjelasan supranatural. Selain itu para evolusionis abad XIX juga berhadapan dengan kelangkaan materi empirik yang andal, sehingga mereka sering mencoba mengadakan rekonstruksi logis maupaun rekonstruksi imaginatif. Rekonstruksi inilah yang dimaksud dengan “spekulasi dari belakang meja”. Meskipun langkah ini secara ilmiah merupakan prosedur yang sangat dapat diterima, namun para spekulan itu sering membuat kekhilafan dengan mengasumsikan bahwa dunia empirik seolah-olah mempunyai kewajiban untuk memenuhi rekonstruksi logis mereka.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh didijax08 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Fri, 08 Apr 22