Pada tahun 1975, Timor Timur yang sebelumnya merupakan wilayah jajahan Portugal mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai negara merdeka. Namun, Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto menganggap deklarasi tersebut sebagai ancaman terhadap keutuhan wilayah Indonesia. Sebagai negara tetangga, Indonesia memiliki kepentingan strategis di wilayah tersebut dan khawatir adanya pemerintahan Timor Timur yang dapat menjadi pangkal gerakan separatis di Indonesia.

Pada tanggal 7 Desember 1975, Indonesia menyerbu Timor Timur dan berhasil menguasai wilayah tersebut. Sejak saat itu dimulailah perjuangan Timor Timur untuk meraih kemerdekaannya kembali. Perjuangan ini dipimpin oleh kelompok gerakan separatis yang dikenal dengan nama Fretilin (Front Timor Timur untuk Pembebasan Nasional).

Pada tahun 1999, suasana politik di Indonesia mengalami perubahan setelah jatuhnya rezim Soeharto dan terjadinya reformasi politik. Pemerintah Indonesia yang baru saat itu di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie menyatakan kesiapan untuk mengadakan referendum mengenai kemerdekaan Timor Timur. Referendum tersebut diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 dengan hasil mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka dari Indonesia.

Setelah hasil referendum diumumkan, Indonesia mengalami situasi yang kurang kondusif di wilayah Timor Timur. Banyak terjadi kekerasan dan pengungsian, serta banyak kejahatan yang dilakukan oleh milisi pro-Indonesia. Di bawah tekanan internasional dan masyarakat internasional yang mengutuk kekerasan di Timor Timur, akhirnya pemerintah Indonesia setuju untuk menarik pasukannya dari Timor Timur.

Pada tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur resmi merdeka sebagai negara yang merdeka dan berganti nama menjadi Timor Leste. Perjuangan rakyat Timor Leste untuk meraih kemerdekaannya dari Indonesia telah menunjukkan tekad dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan hak-hak mereka sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Meskipun terjadi banyak tragedi dan konflik selama perjuangan tersebut, namun hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat Timor Leste hingga saat ini.