konsep pertunjukannya apa?judul pertunjukannya Keroncong | Laksmana Raja Di Laut

Berikut ini adalah pertanyaan dari Arsanty pada mata pelajaran Seni untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Konsep pertunjukannya apa?judul pertunjukannya
Keroncong | Laksmana Raja Di Laut , Orkes Sinten Remen

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

KERONCONG ditinggalkan masyarakat? Ternyata tidak.

Minat mereka terhadap jenis musik ini tetap besar. Menjelang akhir tahun 2005, Festival Keroncong Yogyakarta 2005, yang berlangsung hari Senen, 19 Desember di Gedung Societeit, Taman Budaya Yogyakarta, dipadati ratusan pengunjung.

Gedung peninggalan Belanda itu disesaki masyarakat yang ikut serta, maupun yang sekadar menyaksikan festival musik yang konon berasal dari Portugis itu. 300 lebih kursi yang tersedia terisi penuh. Penonton terus saja berdatangan walau ajang unjuk kebolehan bermain musik dan bernyanyi keroncong itu sudah dimulai.

Mereka yang baru tiba tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Begitu tiba di depan pintu masuk tempat pertunjukan, ratusan kursi sudah terisi dan puluhan manusia telah berdesakan di bagian belakang, tidak kebagian tempat duduk.

Untung panitia bertindak sigap. Begitu kelompok dengan nomor undian dua usai pentas, panitia mengajak puluhan penonton yang berdiri di barisan belakang dan di lajur antara kursi-kursi, untuk duduk persis di depan panggung alias lesehan. Puluhan orang tanpa sungkan menuruti ajakan panitia dan duduk berdesakan.

Apik, apik, pas nadanya. Ini baru mantap, ujar pengunjung yang berdiri di bagian belakang tempat pertunjukan. Ungkapan itu menunjukan asyiknya mereka menikmati sajian musik keroncong malam itu.

Pandangan mereka berbinar disertai senyuman. Asap rokok, serta panasnya suasana tempat pertunjukan akibat sesaknya penonton, tidak membuat mereka beranjak dari tempatnya masing-masing selama peserta festival beraksi menunjukan kebolehannya.

Tidak ada yang menduga sebelumnya, termasuk panitia, bahwa Festival Keroncong Yogyakarta 2005, yang sempat vakum sejak 1997 menarik begitu banyak anggota masyarakat. Benar-benar di luar dugaan. Semangat untuk bermain musik dan bernyanyi keroncong ternyata tetap menyala.

Yang juga menarik, 10 kelompok peserta festival didominasi pemusik dan penyanyi berusia muda. Hanya kelompok orkes keroncong (OK) Gita Winastu saja pemainnya berusia lanjut. Sedangkan OK Tresna Wara, Renonce, Kharisma, Gissiga, KBK 6,5, Rewo Rewo, Irama Candra, Bethesda Nada dan Citra Rhapsodia terdiri dari kaum muda, atau campuran antara tua-muda. OK Tresna Wara terpilih sebagai juara pertama, OK Citra Rhapsodia (runner-up), OK Kharisma (juara III), OK Gissiga (juara IV) dan OK Bethesda Nada (juara V). Selain tropi, mereka memperoleh dan Rp 3,5 juta sebagai dana pembinaan.

Drs Singgih Sanjaya, musisi sekaligus penyanyi keroncong kawakan, yang menjadi salah seorang anggota dewan juri bersama dua praktisi keroncong, Sri Hartati dan Andi-menyatakan optimismenya, melihat inovasi-inovasi dari peserta festival. Memang inovasi itu ada yang pas, baik dari sisi estetika maupun musikalitas, ada juga yang terkesan dipaksakan. Tetapi, semua itu tetap positif bagi perkembangan musik keroncong itu sendiri.

Keinginan membawa musik keroncong kembali meramaikan panggung pertunjukan menunjukan titik terang melalui Festival Keroncong Yogyakarta 2005. Selain bagai pelepas dahaga, ajang itu ternyata juga telah menghadirkan semangat baru untuk perkembangan musik keroncong ke arah yang lebih bervariasi dan menghibur, tanpa mengurangi esensi musiknya.

Pelestarian keroncong memang harus dikembalikan ke tengah-tengah masyarakat hingga terbuka ruang apresiasi seluas-luasnya. Keroncong jangan hanya dikemas dalam pertunjukan eksklusif, karena masyarakat awam yang biasanya berapresiasi, sesuai dengan ciri keroncong sebagai seni kerakyatan yang mudah berubah mengikuti situasi dan berkembang seiring dinamika budaya masyarakat.

Hal ini diungkapkan pemusik FX Sutopo, dalam dialog musik keroncong di Taman Budaya Yogyakarta, 23 Desember 2005, 4 hari setelah festival berlangsung. Dialog itu memang merupakan kelanjutan dari Festival Keroncong Yogyakarta 2005.

Penjelasan:

semoga membantu:)

selamat mengerjakan:)

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh neys0 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Fri, 16 Jul 21