Apa saja peristiwa peristiwa yang terjadi pada cerita peri hujan

Berikut ini adalah pertanyaan dari mirzaar25 pada mata pelajaran Seni untuk jenjang Sekolah Dasar

Apa saja peristiwa peristiwa yang terjadi pada cerita peri hujan yang bersedih​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Peristiwa adalah salah satu unsur dalam sebuah karya sastra yang membantu penulis dalam menghadirkan atau membangun konflik yang terjadi di antara para tokoh. Konflik inilah yang kemudian digunakan untuk pada akhirnya menyajikan amanat dari sang penulis kepada para pembaca karya tersebut.

Pembahasan

Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk menyajikan peristiwa yang terjadi pada cerita "Peri Hujan yang Bersedih". Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

URUTAN PERISTIWA

1. Peri hujan berdiri di pucuk pohon akasia saat mendengar ucapan seorang anak bahwa langit tertutup mendung.

2. Seorang gadis kecil berbando biru mengomel tentang hujan.

3. Gadis itu mengomel karena hujan membuat jemuran ibunya tidak kering dan ayahnya menggerutu karena harus mencuci motor lagi, sementara kakaknya akan pulang basah kuyup.

4. Si Kuncir menanggapinya dengan menyatakan bahwa hujan menyebabkan banjir dimana-mana.

5. Peri hujan tertegun dan memutuskan tidak menurunkan hujan.

6. Pada hari kesepuluh, Peri Hujan bertemu Dewi Cuaca yang menanyakan perihal tugasnya.

7.  Dewi Cuaca mengetahui Peri Hujan tidak melakukan tugasnya.

8. Peri Hujan meminta maaf dan Dewi Cuaca mengajaknya ke istananya.

9. Dewi Cuaca menunjukkan penyebab banjir, seperti sampah yang dibuang sembarangan dan hutan yang gundul.

10. Dewi Cuaca menunjukkan orang-orang yang bahagia karena hujan sebab bisa mengisi penampungan air.

11.  Dewi Cuaca memperlihatkan dua gadis kecil yang merindukan hujan sebab bunga kembang sepatu mereka jadi tidak bisa tumbuh.

12. Peri Hujan menurunkan hujan.

Sebagai rujukan, berikut kakak sertakan teks yang dimaksud oleh soal.

PERI HUJAN YANG BERSEDIH

Oleh : Rae Sita Patappa

Aku adalah peri hujan. Aku bertugas membantu Dewi Cuaca membagikan hujan di kotamu. Hanya di kotamu. Karena di tempat lain, ada peri hujan lain yang bertugas.

Sore ini aku bertugas untuk menurunkan hujan. Aku berdiri di pucuk sebuah pohon akasia dan mengamati luas daerah yang akan kuberi hujan. Saat itu aku mendengar sesuatu ...

“Lihatlah, langit tertutup awan mendung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan lebat,” ujar seorang anak perempuan kepada temannya.  

“Huh, hujan terus,” kata gadis kecil berbando biru.

“Kenapa? Apa kau membenci hujan?” tanya temannya yang berkepang.

Lalu si Bando Biru berkata, “Apa kau tahu? Setiap turun hujan, Mama mengomel karena jemuran pakaian tidak kering. Papa juga menggerutu karena harus mencuci motor lagi. Dan kakak, akan cemberut karena saat pulang sekolah ia basah kuyup.”

“Oh ya? Aku juga sering dengar dari pamanku, beberapa bulan ini hujan menyebabkan banjir di mana-mana,” kata si Kuncir lagi.

Aku tertegun mendengar mereka. Apa manusia sangat membenciku?

Setelah lama berpikir, aku memutuskan untuk tidak menurunkan hujan hari itu. Akan kulaporkan pada Dewi Cuaca bahwa aku sudah melakukannya. Aku memang berbohong. Itu karena aku tak mau dibenci siapapun.  

Sejak hari itu aku selalu berbohong pada Dewi Cuaca. Ia mungkin tak tahu karena tak pernah menungguiku sampai selesai bertugas.

Pada hari yang kesepuluh, seperti biasa aku pulang ke puri awanku setelah berkeliling di kotamu. Saat itulah aku bertemu Dewi Cuaca.

“Apa tugasmu sudah selesai?” tanyanya ramah.

Aku hanya mengangguk dan tak berani menyahut.

“Lalu kenapa sayapmu terlihat begitu kusam dan berdebu? Jika seorang peri benar-benar sudah melaksanakan tugasnya, maka sayapnya akan  terlihat biru berkilau karena basah oleh air hujan.”

Aku terkejut karena tak menyangka Dewi Cuaca akan mengamati itu.

“Maafkan aku, Dewi,” kataku sambil menangis. Lalu kuceritakan alasanku melakukan itu semua. Dewi Cuaca mendengar ceritaku sambil memelukku.

Setelah aku selesai bercerita, Dewi Cuaca  mengajakku terbang ke istananya. Ia membawaku duduk di tepi danau besar berwarna biru di tengah istana. Permukaan danau itu terbagi-bagi dalam petak-petak yang tak terhingga jumlahnya.

“Akan aku tunjukkan mengapa beberapa bulan ini bencana banjir terjadi, dan kitalah yang sering disalahkan,” katanya.

Dewi Cuaca mengayunkan tongkatnya. Danau itu kini hanya terdiri dari empat petak besar. Ia membuka petak pertama dan terlihat gambar beberapa orang membuang sampah di sungai dan selokan.

“Ini sebab pertama,” katanya dengan wajah sedih. “Air hujan yang jatuh seringkali tak bisa mengalir ke tempat yang seharusnya. Itu karena banyak sampah bertumpuk. Saluran air tersumbat hingga air meluap ke darat.”

Lalu dia membuka petak kedua.  

“Ini sebab kedua,” katanya sambil menunjukkan gambar hutan-hutan yang ditebang hingga terlihat gundul.

orang kristen makanya b4b1

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh DIRGAMAXI306d2020 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 23 Jun 21