Tuliskan jenis-jenis rambu Solo​

Berikut ini adalah pertanyaan dari stkhaerunnisa48 pada mata pelajaran Seni untuk jenjang Sekolah Dasar

Tuliskan jenis-jenis rambu Solo​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keberagaman suku bangsa dan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke . Tidak hanya itu, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.504 pulau. Gugusan pulau di Indonesia terbagi kedalam empat kelompok, salah satunya adalah gugusan Kepulauan Sunda Besar. Kepulauan Sunda Besar terdiri dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi beserta pulau-pulau kecil yang mengelilingi.

Pulau Sulawesi memiliki luas 180.681 km2 dengan enam propinsi dan keberagaman suku etnis. Salah satu dari keberagaman suku yang dimiliki oleh Pulau Sulawesi adalah Suku Toraja. Suku Toraja tersebar di Propinsi Selawesi Selatan dengan populasi sekitar satu juta jiwa. Meskipun masyarakat Toraja telah memiliki keyakinan agama yang dianut, masyarakat Toraja masih melaksanakan tradisi budaya animisme turun temurun dari nenek moyang atau bisa disebut juga dengan Aluk.

Aluk yang terkenal di Tana Toraja adalah ritual pemakaman Rambu Solo’. Rambu Solo’ adalah upacara adat pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal. Selain untuk memberikan bentuk penghormatan terakhir, Rambu Solo’ juga bertujuan untuk mengantarkan arwah seseorang yang telah meninggal ke alam roh (Puya).

Masyarakat Toraja menganggap orang yang sudah meninggal telah benar-benar meninggal adalah ketika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo’ terpenuhi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut akan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga masih harus disediakan makanan, minuman, dan dibaringkan di tempat tidur. Secara harfiah Rambu Solo’ berarti sinar yang arahnya kebawah, dengan demikian Rambu Solo’ dapat diartikan sebagai upacara adat yang dilaksanakan ketika matahari mulai terbenam. Istilah lain dari Rambu Solo’ adalah Aluk Rampe Matampu.

Prosesi Upacara Adat Rambu Solo’

Rangkaian upacara adat Rambu Solo’ membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tak jarang upacara Rambu Solo’ ini dilaksanakan beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah meninggalnya seseorang. Penyembelihan kerbau dan babi yang jumlahnya tidak sedikit (Ma’tinggoro Tedong) dan lamanya prosesi upacara menjadi penyebab biaya upacara Rambu Solo’ besar. Pemberian babi atau kerbau kepada keluarga yang ditinggalkan merupakan tanda ikatan keluarga. Pemberian babi atau kerbau kepada keluarga yang melaksanakan upacara Rambu Solo’ memiliki dua wujud, yaitu yang pertama adalah sebagai bentuk belasungkawa (Pa’uaimata) dan pengembalian atas pemberian yang dilakukan oleh keluarga pelaksana Rambu Solo’ di masa lalu (Tangkean Suru’).

Upacara Rambu Solo’ dilakukan berdasarkan status orang yang meninggal. Tingkatan upacara Rambu Solo’ terdiri dari empat jenis, yaitu; (1) Upacara Dasili’ adalah upacara pemakaman yang dilakukan untuk strata paling rendah dan untuk kematian anak yang belum bergigi; (2) Upacara Dipasangbongi adalah upacara yang dilakukan untuk rakyat biasa (Tana’ Karurung) dan hanya memerlukan waktu satu malam saja; (3) Upacara Dibatang atau Digoya Tedong adalah upacara yang dilakukan untuk kalangan bangsawan menengah (Tana’ Bassi), upacara ini diharuskan menyembelih delapan ekor kerbau dan 50 ekor babi; (4) Upacara Rampasan adalah upacara untuk bangsawan tinggi (Tana’ Bulaan) dengan menyembelih kerbau sebanyak 24 sampai 100 ekor.

Prosesi upacara pemakaman Rambu Solo’ dibagi kedalam dua garis besar, yaitu yang pertama adalah prosesi pemakaman atau Rante dan yang kedua adalah pertunjukan kesenian. Kedua prosesi tersebut tidak dilaksanakan secara terpisah melainkan dilangsungkan secara harmoni dalam satu kegiatan upacara pemakaman. Lama upacara Rambu Solo’ sekitar tiga sampai tujuh hari. Puncak acara Rambu Solo’ biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus.

Prosesi pemakaman atau Rante dilakukan di lapangan yang terletak di tengah kompleks rumah adat Tongkonan. Prosesi Rante terdiri dari ; (1) Ma’Tudan Mebalun yaitu proses dimana jenazah dibungkus menggunakan kain kafan (Dibalun) yang dilakukan oleh petugas khusus yang disebut To Mebalun atau To Ma’kayo; (2) Ma’Roto yaitu proses pembubuhan atau menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak; (3) Ma’Popengkalo Alang yaitu proses penurunan jenazah kedalam lumbung untuk disemayamkan; (4) Ma’Palao atau Ma’Pasonglo yaitu proses pengantaran jenazah dari area rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian. Masyarakat Tana Toraja mempunyai prinsip dimana semakin tinggi jenazah itu diletakkan maka semakin cepat rohnya menuju nirwana.

Penjelasan:

semoga membantu

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh wibusetia35 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 08 Jun 21