Jawaban

Kritik dari dalam negeri Belanda tentang Sistem Tanam Paksa dicurahkan lewat sebuah buku.

Ada dua buku berisi kritikan yang terbit di Belanda, yaitu:

1. Max Havelaar.
2. Suiker Contracten.

Pembahasan

Pada mulanya pemerintah Belanda tidak mengetahui betapa sengsaranya rakyat Indonesia karena pelaksaan Sistem Tanam Paksa atau Cuulturstelsel. Baru pada pertengahan abad ke-19, pemerintah Belanda mendapat berita tentang kesengsaraan rakyat Indonesia.

Ada beberapa pihak yang menolak Sistem Tanam Paksa, yaitu:

1. Kelompok yang benar-benar kasihan terhadap penderitaan rakyat Indonesia.
2. Kelompok menengah yang umumnya terdiri atas para pengusaha swasta dan kaum liberal.

Seperti yang sudah disinggung di atas, dukungan penghapusan Sistem Tanam Paksa atau Cuulturstelsel makin kuat setelah terbit dua buku yang berisi kritik, yaitu:

1. Max Havelaar. Ditulis oleh Eduard Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli. Multatulimemiliki arti"aku sudah banyak menderita".
2. Suiker Contracten. Suiker Contracten berarti "Kontrak-Kontrak Gula". Buku ini ditulis oleh Frans van de Pute.

Kedua buku tersebut menggambarkan kesengsaraan rakyat Indonesia akibat pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Kemudian, Sistem Tanam Paksa berangsur-angsur dihapuskan.

Detail jawaban

Mapel: Sejarah.

Kelas: 11 SMA.

Bab: 1 - Bangsa Eropa di Indonesia.

Kode soal: 3

Kode kategorisasi: 11.3.1.

Kata kunci: Kritik pelaksanaan Sistem Tanam Paksa dari Belanda.