Jawaban:

Penjelasan:

Al Kamil adalah seorang penguasa Muslim dari dinasti Ayyubiyah yang memerintah Mesir dan Suriah dari tahun 1218 hingga 1238 M. Pada masa pemerintahannya, Al Kamil dikenal sebagai penguasa yang moderat, toleran terhadap umat Nasrani yang tinggal di wilayahnya.

Namun menjelang akhir masa pemerintahannya, Al Kamil menimbulkan kontroversi karena kebijakan politiknya yang dibenci oleh sebagian kelompok muslim. Pada 1235, Al Kamil membuat perjanjian damai dengan Raja Baudouin II dari Kerajaan Yerusalem, yang saat itu dikuasai oleh orang Kristen. Kesepakatan itu termasuk penyerahan kota-kota suci Kristen seperti Nazaret dan Bethlehem kepada orang Kristen. Keputusan Al Kamil untuk mencapai kesepakatan damai dengan orang-orang Kristen dan menyerahkan kota-kota suci Islam kepada orang-orang Kristen dipandang sebagai pengkhianatan oleh beberapa kelompok Muslim. Mereka mengkritik Al Kamil sebagai penguasa lemah yang tidak mampu mempertahankan wilayahnya dari serangan musuh Muslim.

Selain itu, Al Kamil juga ditemukan telah melanggar ajaran Islam yang menganjurkan menjaga keutuhan wilayah Islam dan melindungi umat Islam dari ancaman musuh-musuh Islam. . Kebijakan Al Kamil dinilai telah membahayakan keamanan dan keutuhan wilayah ummat Islam.

Dalam konteks historisnya, “ancaman dan kebencian” terhadap Al Kamil tidak hanya didasarkan pada keputusan politiknya terkait perjanjian damai dengan umat Kristiani, tetapi juga karena konteks sosial, politik, dan agama yang kompleks saat itu.