Beberapa faktor yang melatarbelakangi dikeluarkannya Supersemar antara lain:

1. Krisis politik: Pada tahun 1965, Indonesia mengalami krisis politik yang parah akibat terjadinya Gerakan 30 September (G30S), yang mengakibatkan kematian enam jenderal dan sejumlah tokoh militer lainnya. Krisis ini membuat Presiden Soekarno kehilangan kendali atas pemerintahan dan situasi menjadi semakin tidak stabil.
2. Kekuasaan militer: Setelah G30S, militer menjadi kekuatan yang dominan di Indonesia. Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat memiliki pengaruh yang besar dan dianggap sebagai satu-satunya orang yang mampu mengendalikan situasi.
3. Tekanan dari masyarakat: Krisis politik dan ketidakstabilan situasi membuat masyarakat meminta pemerintah untuk segera mengambil tindakan yang tegas dan cepat. Supersemar dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Kebijakan politik: Supersemar merupakan salah satu kebijakan politik dari Soeharto yang bertujuan untuk mengambil alih kendali pemerintahan dari Soekarno dan memulai era baru dalam sejarah Indonesia.

Dengan dikeluarkannya Supersemar, Soeharto diberikan kekuasaan yang besar untuk mengambil alih kendali pemerintahan Indonesia dan menstabilkan situasi politik serta keamanan di Indonesia. Namun, keputusan ini juga menuai kontroversi dan kritik dari sejumlah pihak yang menganggap bahwa Supersemar merupakan bentuk pelanggaran terhadap konstitusi dan demokrasi di Indonesia.