Jawaban:

Penjelasan:

Pada Perang Salib Ketiga antara tahun 1189 hingga 1192, Al-Kamil, Sultan Mesir, menawarkan perjanjian damai kepada tentara Salib. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mereka untuk menerima tawaran tersebut, termasuk:

Kelelahan dan Kekurangan Sumber Daya: Tentara Salib mengalami kesulitan dalam perjalanan ke Tanah Suci dan selama perang itu sendiri. Mereka mengalami kelelahan fisik yang besar, kekurangan pasokan makanan, dan penyakit. Hal ini membuat mereka lemah dan tidak mampu melanjutkan perang.

Kegagalan dalam Mencapai Tujuan Utama: Tentara Salib merasa kesulitan dalam merebut kembali Yerusalem, tujuan utama mereka. Meskipun mereka berhasil merebut beberapa kota seperti Akko dan Yafa, mereka tidak mampu merebut Yerusalem. Mereka menyadari bahwa merebut kembali Yerusalem akan sangat sulit.

Perselisihan Internal: Tentara Salib juga mengalami perselisihan internal dan perbedaan pendapat di antara pemimpin mereka. Beberapa pemimpin seperti Richard I dari Inggris dan Philippe II dari Prancis memiliki perbedaan pendapat tentang taktik perang dan strategi yang harus diambil. Perselisihan ini melemahkan kekuatan dan koordinasi tentara Salib.

Upaya Diplomasi dan Mediasi: Terdapat upaya diplomasi dan mediasi oleh pihak ketiga, termasuk Sultan Mesir Al-Kamil. Dia menawarkan perjanjian damai yang mencakup gencatan senjata dan akses bagi tentara Salib ke kota suci untuk melakukan kunjungan religius. Tawaran ini menarik bagi beberapa pemimpin Salib yang ingin mengamankan keselamatan pasukan mereka dan mencapai tujuan religius mereka.

Faktor Politik dan Keuntungan Pribadi: Beberapa pemimpin Salib juga memiliki kepentingan politik dan keuntungan pribadi dalam menerima perjanjian damai. Richard I dari Inggris, misalnya, memiliki kepent