Jawaban:

                                           Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang (Raden Ajeng Kustiah Wulaningsih Retno Edi)  lahir di Serang, tahun 1752, merupakan putri Pangeran Natapraja. Nyi Ageng Serang bersama keluarganya ikut andil dalam perang Jawa (Perang Diponogoro). Nyi Ageng Serang sangat mahir dalam bidang Krida Perang.

Pertempuran Pertama Keluarga Natapraja melawan Belanda, beliau ditunjuk langsung sebagai pimpinan perang karena ayah beliau sudah sepuh dan kakak lelaki beliau gugur di medan laga.

Namun dalam perang itu Pasukan Serang kalah, karena kalah jumlah dan Pangeran Mangkubumi tidak mau membantu lagi. Pangeran Mangkubumi mengadakan perdamaian dengan Belanda berdasarkan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Akibatnya Nyi Ageng Serang berhasil ditawan Belanda.

Setelah bebas beliau bermukim di Yogyakarta, dan mendalami spiritual. Namun tidak lama Perang Diponegoro meletus, beliau berada di pihak Diponegoro bersama suaminya Kusumawijaya.

Suami Nyi ageng Serang gugur dalam pertempuran, namun beliau tidak menyerah. Beliau melatih cucu beliau untuk menjadi pimpinan pasukan, dan beliau diangkat sebagai Penasehat oleh Pangeran Diponogoro.  Akibat usia lanjut akhirnya Nyi Ageng Serang wafat padsa usia 76 tahun pada tahun 1828 dan dimakamkan di Dusun Beku, Kulonprogo.