Pada masa Utsman bin Affan, yang menjadi khalifah ketiga dalam sejarah Islam (644-656 M), terjadi ekspansi wilayah Islam yang signifikan. Dalam proses ini, berbagai komunitas Muslim yang berbicara dengan dialek-dialek yang berbeda mulai mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis Al-Quran. Ini menyebabkan perbedaan dalam cara pengucapan dan penulisan beberapa kata dalam Al-Quran.

Untuk menjaga kesatuan dan memastikan bahwa Al-Quran tetap dalam bentuk yang orisinal dan asli, Utsman bin Affan mengambil inisiatif untuk menyusun mushaf Al-Quran yang tunggal dan standar. Inisiatif ini dilakukan setelah mendapat saran dan dukungan dari para sahabat Nabi Muhammad SAW, terutama mereka yang menguasai bahasa Arab dengan baik.

Proses penyusunan mushaf Al-Quran dilakukan secara hati-hati dan berhati-hati. Utsman bin Affan mengumpulkan para sahabat yang ahli dalam membaca dan menulis Al-Quran. Mereka bekerja secara kolektif untuk mengumpulkan semua salinan Al-Quran yang ada pada waktu itu, baik dalam bentuk tulisan atau lisan.

Setelah mengumpulkan semua salinan Al-Quran, Utsman bin Affan dan timnya membandingkan dan mengevaluasi keseluruhan teks Al-Quran yang ada. Mereka membandingkan dengan apa yang mereka dengar dari Nabi Muhammad SAW sendiri, serta dengan salinan Al-Quran yang disimpan oleh para sahabat terpercaya, seperti Abu Bakar, Umar, dan Hafsa (istri Nabi Muhammad SAW).

Setelah proses perbandingan dan evaluasi yang cermat, Utsman bin Affan dan timnya menyusun mushaf Al-Quran dalam bentuk yang disepakati oleh semua pihak. Standarisasi ini mencakup konsistensi dalam penulisan, pengucapan, dan tanda baca. Setiap salinan Al-Quran yang tidak sesuai dengan standar ini dihancurkan.

Penyusunan mushaf Al-Quran oleh Utsman bin Affan memainkan peran penting dalam menjaga keutuhan Al-Quran dan menyebarkan ajaran Islam yang bersatu di seluruh wilayah yang dikuasai oleh umat Muslim pada saat itu. Mushaf yang disusun ini menjadi dasar untuk penyalinan dan penyebaran Al-Quran ke seluruh dunia Muslim, dan hingga saat ini, mushaf Utsmani tetap menjadi standar dalam penulisan Al-Quran.