Ajaran tasawuf dapat diterima oleh masyarakat Nusantara pada saat itu karena sesuai dengan orientasi mereka terhadap dunia mistik. Masyarakat Nusantara pada abad XII masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan praktik-praktik mistis dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki keyakinan yang kuat terhadap kekuatan-kekuatan supranatural dan hubungan spiritual dengan Tuhan.

Dalam konteks ini, ajaran tasawuf memadukan aspek mistis dan spiritual dalam Islam. Tasawuf mengajarkan konsep-konsep seperti penekanan pada hubungan pribadi dengan Tuhan, pengalaman langsung dengan-Nya melalui meditasi dan dzikir, serta pencarian kesempurnaan spiritual dan peningkatan dalam budi pekerti.

Ajaran tasawuf juga mengajarkan konsep kesalehan dalam kehidupan sehari-hari, seperti keikhlasan, kasih sayang, dan pengorbanan. Hal-hal ini sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam dan kebutuhan spiritual yang ada di masyarakat Nusantara pada saat itu.

Dengan demikian, ajaran tasawuf dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Nusantara karena memenuhi kebutuhan mereka akan dimensi mistis dan spiritual dalam agama, dan sejalan dengan nilai-nilai yang mereka anut dalam kehidupan sehari-hari.