Chu Lien atau Champa dan Dapunta Hyang Sri Jayanasa atau Srivijaya adalah dua kerajaan maritim yang berkuasa di wilayah Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga abad ke-13. Kedua kerajaan tersebut memiliki strategi yang berbeda untuk memperkuat kekuasaan mereka. Berikut adalah perbandingan strategi yang diambil oleh Chu Lien dan Dapunta Hyang Sri Jayanasa:

1. Strategi Champa:

Champa merupakan kerajaan maritim yang kuat dan kaya raya, dengan basis ekonominya terutama bergantung pada perdagangan rempah-rempah dan hasil laut. Strategi Champa adalah memperkuat kekuasaannya dengan membangun pelabuhan-pelabuhan dan mengembangkan perdagangan dengan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara, khususnya China dan India. Selain itu, Champa juga memiliki kekuatan militer yang besar, dan berhasil mempertahankan wilayah kekuasaannya dari serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga seperti Jawa, Sumatra, dan Khmer.

2. Strategi Srivijaya:

Srivijaya juga merupakan kerajaan maritim yang kuat dan kaya raya, dengan basis ekonominya terutama bergantung pada perdagangan rempah-rempah dan hasil laut. Namun, Srivijaya memiliki strategi yang berbeda dengan Champa. Srivijaya memperkuat kekuasaannya dengan menjalin hubungan politik dan budaya dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, seperti Jawa, Khmer, dan Tiongkok. Srivijaya juga membangun infrastruktur seperti pelabuhan dan jalan untuk mempermudah perdagangan, dan menawarkan perlindungan kepada para pedagang yang melewati wilayah kekuasaannya.

Dalam hal memperkuat kekuasaannya, kedua kerajaan tersebut memiliki strategi yang efektif dalam memanfaatkan potensi ekonomi dan militer yang dimilikinya. Namun, Srivijaya lebih fokus pada diplomasi dan hubungan internasional, sementara Champa lebih fokus pada kekuatan militer dan pertahanan wilayah. Keduanya berhasil menjadi kerajaan maritim yang kuat dan berpengaruh di Asia Tenggara pada zamannya.