Sultan Ageng Tirtayasa adalah seorang tokoh sejarah Indonesia yang dikenal sebagai raja Kesultanan Banten pada abad ke-17. Ia lahir pada tahun 1613 dan merupakan cucu dari Sultan Hasanuddin, raja terakhir Kesultanan Demak. Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta pada tahun 1651 setelah kematian ayahnya.

Selama masa pemerintahannya, Sultan Ageng Tirtayasa mengembangkan Kesultanan Banten menjadi kekuatan maritim yang kuat di wilayah barat Jawa. Ia menjalin hubungan dagang dengan negara-negara seperti Belanda, Inggris, dan Portugal. Kesultanan Banten juga menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang penting, terutama lada.

Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga dikenal karena upayanya dalam memperkuat pertahanan Kesultanan Banten. Ia membangun benteng-benteng pertahanan di sekitar pelabuhan Banten, termasuk benteng Surosowan yang menjadi simbol kekuasaannya. Sultan Ageng Tirtayasa juga aktif dalam memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan beberapa wilayah di sekitarnya.

Namun, masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tidak berjalan mulus. Pada tahun 1680, Belanda menyerang Banten dengan maksud menguasai wilayah tersebut. Sultan Ageng Tirtayasa pun mengalami kekalahan dan dipaksa menandatangani perjanjian yang merugikan Kesultanan Banten. Setelah itu, ia diasingkan ke Ceylon (sekarang Sri Lanka) oleh pemerintah Belanda dan meninggal di sana pada tahun 1695.

Meskipun masa kekuasaannya berakhir tragis, Sultan Ageng Tirtayasa tetap diingat sebagai seorang pemimpin yang berusaha memperkuat Kesultanan Banten dalam berbagai bidang. Warisan sejarahnya masih terlihat dalam berbagai peninggalan arsitektur dan kebudayaan di wilayah Banten hingga saat ini.