Seikerei adalah program Jepang yang mengharuskan rakyat Indonesia untuk bekerja dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pasukan Jepang selama Perang Dunia II. Pada tahun 1943, Jepang mengumumkan program seikerei di Lapangan Singaparna, sebuah daerah di Tasikmalaya, Jawa Barat.

K.H. Zainal Mustafa, seorang ulama dan pemimpin masyarakat di Tasikmalaya, menolak kebijakan ini dan mengajak masyarakat untuk tidak bekerja untuk Jepang. Dampak dari penolakan ini adalah sebagai berikut:

1. Represi oleh pihak Jepang: K.H. Zainal Mustafa dan para pengikutnya ditekan dan diintimidasi oleh pihak Jepang sebagai akibat dari penolakan mereka terhadap program seikerei. Beberapa di antaranya ditangkap dan dipenjara.

2. Meningkatkan kepercayaan diri rakyat: Penolakan K.H. Zainal Mustafa terhadap program seikerei menjadi contoh perlawanan terhadap penjajahan Jepang. Tindakan ini membantu meningkatkan kepercayaan diri dan semangat perlawanan di kalangan masyarakat.

3. Peningkatan solidaritas antar masyarakat: Penolakan K.H. Zainal Mustafa terhadap program seikerei memperkuat solidaritas antar masyarakat di Tasikmalaya dan sekitarnya. Masyarakat yang awalnya terpecah menjadi lebih bersatu dalam menentang kebijakan Jepang.

4. Peningkatan perlawanan terhadap penjajah: Penolakan K.H. Zainal Mustafa terhadap program seikerei menjadi salah satu pemicu meningkatnya perlawanan terhadap penjajah Jepang di Indonesia. Tindakan ini menjadi inspirasi bagi gerakan perlawanan lainnya.

5. Kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan: Penolakan K.H. Zainal Mustafa terhadap program seikerei adalah salah satu bentuk perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang. Tindakan ini menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya.