Berikut ini adalah pertanyaan dari ferasapitri2001 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Menghapus Dosa dengan Amal Kebaikan
Oleh: Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, M.A.
Kadang seorang hamba yang ingin memperbaiki diri dengan bertobat kepada Allah Ta’ala. Tapi ketika dia melihat dan mengingat banyaknya dosa yang dilakukan di masa lalu, dia berputus asa dan memandang dirinya sangat kotor, sehingga tidak mungkin dirinya akan diterima oleh Allah. Ini tipu daya setan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah Ta’ala. Yakni dengan menjadikan manusia berputus asa dari rahmat-Nya. Padahal rahmat dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya sangat luas dan agung.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sabdanya, “Sungguh, Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya.” (HR. Bukhari No. 5653 dan Muslim No. 2754 dari ‘Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu). Dalam hadis sahih lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan di sisinya di atas arsy-Nya: sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului/mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari No. 7015 dan Muslim No. 2751 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu)
Khusus tentang pengampunan dosa-dosa dari-Nya bagi hamba-hamba-Nya, Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar: 53). Ayat yang mulia ini disebut oleh sebagian ulama ahli tafsir sebagai ayat Al-Quran yang paling memberikan pengharapan kepada orang-orang yang beriman (Lihat Tafsir Al-Qurthubi 15/234 dan Fathul Qadiir” 4/667).
Imam Ibnu Rajab al-Hambali menukil dari kitab Jaami’ul ‘uluumi wal hikam (hal. 464) dan Latha-iful ma’aarif (hal. 108) sebuah kisah menarik untuk kita renungkan. Yakni mengenai imam besar ahlus sunnah dari kalangan Atbaa’ut taabi’iin bernama Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi. Beliau wafat pada 187 H. Dia imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab Taqriibut tahdziib” hal. 403). Berikut ini salah satu kisahnya ketika beliau menasehati seseorang lelaki – kami sajikan dalam bentuk tanya-jawab.
“Berapa tahun usiamu (sekarang)?” tanya Fudhail.
“Enam puluh tahun,” jawab lelaki itu.
“Berarti) sejak 60 tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai,” kata Fudhail.
“Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya,” jawab lelaki itu.
“Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata, ‘Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya), maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya), maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya,” kata Fudhail.
“(Kalau demikian), bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)?” tanya lelaki itu.
“(Caranya) mudah,” jawab Fudhail.
“Apa itu?” lelaki itu bertanya lagi.
“Engkau berbuat kebaikan (amal soleh) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (dosa-dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan disiksa (pada hari kiamat) karena (dosa-dosamu) di masa lalu dan (dosa-dosamu) pada sisa umurmu,” kata Fudhail.
Subhanallah! Alangkah agung dan sempurna kasih sayang Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya. Alangkah luas pengampunan-Nya atas dosa-dosa mereka, sehingga dengan bertobat dan memperbaiki diri dengan beramal soleh, dosa-dosa yang diperbuat seorang hamba di masa lalu akan diampuni dan dimaafkan-Nya, sebanyak apa pun dosa itu. Maka, Maha Suci dan Maha Benar Allah Ta’ala yang menyifati diri-Nya dengan firman-Nya.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh azizm6276 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 19 Sep 22