bagaimana awal mula sunan Kalijaga memprakarsai tradisi grebeg maulud ?​

Berikut ini adalah pertanyaan dari nurhanifamaya80 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Bagaimana awal mula sunan Kalijaga memprakarsai tradisi grebeg maulud ?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

tirto.id

dibaca normal 3 menit

Home Sosial Budaya

Grebeg Maulud dan Cara Syiar Islam Para Wali

Penulis: Iswara N Raditya

20 November 2018

View non-AMP version at tirto.id

Grebeg Maulud dan Cara Syiar Islam Para Wali

Tradisi Grebeg Maulud digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad.

tirto.id - Setiap kali Grebeg Maulud digelar, ribuan orang tumpah-ruah di halaman Masjid Besar Yogyakarta. Mereka rela berdesakan-desakan di bawah terik sinar matahari yang sedang panas-panasnya hanya untuk memperebutkan Gunungan yang bakal dibagi-bagikan. Sebagian masyarakat Muslim di Jawa memang percaya bahwa grebeg bisa menjadi sarana ngalap berkah.

Setidaknya ada enam Gunungan dari hasil bumi yang dihadirkan dalam perayaan Grebeg Maulud. Empat di antaranya diarak dari Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ke Masjid Besar Kauman, sedangkan dua Gunungan lainnya masing-masing dibawa ke dua lokasi lain, yakni Kepatihan (Kantor Gubernur DIY) dan Istana Pakualaman.

Advertising

Advertising

Grebeg Maulud digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. atau Maulid Nabi. Tradisi ini bahkan telah terbukti menjadi salah satu cara jitu Wali Sanga dalam rangka syiar Islam di tanah Jawa sejak abad ke-15 Masehi, berkat gagasan Sunan Kalijaga.

Makna Grebeg dan Sekaten

Istilah grebeg atau garebeg berasal dari kata gumrebeg, artinya “riuh" atau “ramai", yang kemudian maknanya diperluas menjadi “keramaian" atau “perayaan". Maka, setiap pelaksanaan tradisi grebeg disertai dengan arak-arakan oleh barisan prajurit kraton yang diiringi dengan bunyi-bunyian gamelan.

Grebeg Maulud terangkai dengan Sekaten. Wahyana Giri dalam buku Sajen dan Ritual Orang Jawa menuliskan, pemimpin Kesultanan Mataram Islam paling masyhur Sultan Agung (1613-1645) mengundang rakyat untuk berkumpul di alun-alun kraton (hlm. 73). Sekaten masih lestari sampai saat ini sebagai wahana hiburan rakyat.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh bambangyuli1976 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sat, 23 Apr 22