Meganthropus paleojavanicus adalah sebuah spesies manusia purba yang ditemukan di Jawa, Indonesia, yang diperkirakan hidup sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Para ahli menyimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus makan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan sebagai makanan utama berdasarkan analisis fosil gigi dan tulang yang ditemukan.

Beberapa alasan yang digunakan untuk menyimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus makan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan sebagai makanan utama antara lain:

Dari analisis fosil gigi, ditemukan bahwa Meganthropus paleojavanicus memiliki gigi yang cukup besar dan kuat, yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengunyah tumbuh-tumbuhan keras dan buah-buahan.

Dari analisis fosil tulang, ditemukan bahwa Meganthropus paleojavanicus memiliki dua kondilus yang kuat dan lebar, yang menunjukkan bahwa individu tersebut melakukan aktivitas makan yang berat.

Analisis isotop dari fosil gigi Meganthropus juga menunjukkan bahwa Meganthropus paleojavanicus memakan banyak tumbuh-tumbuhan.

Beberapa fosil yang ditemukan dalam lingkungan yang sama dengan fosil Meganthropus paleojavanicus juga menunjukkan bahwa tumbuhan yang tumbuh pada saat itu sebagian besar terdiri dari tumbuhan yang dapat dimakan.

Meskipun Meganthropus paleojavanicus memiliki senjata yang cukup kuat dan kemampuan untuk berburu, namun dari analisis yang dilakukan para ahli menyimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus sebagian besar memang makan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Hal ini dapat diterima dalam konteks evolusi manusia purba karena dalam periode tersebut manusia purba sangat tergantung pada sumber makanan yang beragam dari tumbuhan dan hewan serta proses evolusi yang mengarah pada perubahan dalam komposisi makanan yang dikonsumsi. Ada kemungkinan bahwa pada periode tersebut, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan merupakan sumber makanan yang relatif lebih stabil dan mudah diperoleh dibandingkan dengan makanan dari hewan. Selain itu, perubahan dalam bentuk gigi dan tulang Meganthropus paleojavanicus dapat menunjukkan adanya adaptasi yang dikembangkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.

Dalam konteks evolusi manusia purba, perubahan dalam komposisi makanan yang dikonsumsi dapat diartikan sebagai sebuah proses adaptasi yang terjadi untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah dan mengoptimalkan sumber makanan yang tersedia. Namun, perlu diingat bahwa kesimpulan ini didasarkan pada analisis fosil yang dilakukan dan masih memerlukan pengujian lebih lanjut untuk konfirmasi yang lebih pasti.