Dalam membangun Monas, Proklamasi 17 Agustus 1945 dijadikan simbol, agar rakyat selalu bisa mengenang peristiwa yang luar biasa tersebut. Pembangunan Monas dilaksanakan dalam 3 tahap.

Sementara itu, konstruksi dan material mendapatkan bantuan dari Jepang, Jerman Barat, Italia, dan Perancis.

Tahap pertama dibangun pada kurun waktu 1961/1962 - 1964/1965, pembangunan dimulai secara resmi pada tanggal 17 Agustus 1961 oleh Presiden Sukarno yang secara seremonial menancapkan pasak beton pertama.

Sebanyak 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Selain itu, 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional.

Seluruh pemancangan fondasi rampung pada Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.

Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968. Akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda.

Sementara itu, tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah.

Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Monumen Nasional terdiri atas beberapa bagian, yakni: Pintu Gerbang Utama, Ruang Museum Sejarah, Ruang Kemerdekaan, Pelataran Cawan, Puncak Tugu, Api Kemerdekaan, Badan Tugu.

Seluruh ukuran yang terdapat dalam Tugu Nasional sudah disesuaikan dengan angka hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17-08-1945. Hingga saat ini Monas selalu mengalami perubahan karena adanya perawatan dan renovasi.(*)