Pembagian zaman logam menjadi tiga, yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi, adalah pembagian yang umum digunakan dalam arkeologi dan sejarah dunia. Pembagian tersebut didasarkan pada perkembangan teknologi dan kecakapan manusia dalam memanfaatkan sumber daya mineral.

Namun, dalam konteks Indonesia, pembagian tersebut dapat mengalami beberapa keterbatasan. Hal ini karena tidak semua daerah di Indonesia mengalami perkembangan teknologi logam dalam waktu yang sama. Ada beberapa daerah di Indonesia yang mengalami perkembangan teknologi logam dalam waktu yang berbeda-beda, dan dalam beberapa daerah, teknologi logam tidak pernah berkembang sama sekali.

Selain itu, pembagian zaman logam tersebut juga dapat menyebabkan stereotip bahwa kebudayaan atau masyarakat yang menggunakan logam dianggap lebih maju atau lebih tinggi daripada masyarakat yang tidak menggunakan logam. Padahal, tingkat kebudayaan dan kemajuan manusia tidak hanya ditentukan oleh teknologi logam yang dimiliki.

Dalam konteks Indonesia, beberapa ahli sejarah dan arkeolog telah mengusulkan pembagian zaman prasejarah menjadi berbagai periode berdasarkan perkembangan arkeologi dan budaya, seperti periode Neolitikum, periode Megalitikum, periode Logam, dan sebagainya. Pendekatan ini mencoba untuk memperhitungkan variasi kebudayaan dan teknologi dalam wilayah yang berbeda di Indonesia.