Jawaban:

Pada masa pemerintahan Soeharto di Orde Baru, negara memiliki peran yang sangat kuat dalam mengatur kehidupan masyarakat Indonesia. Kekuasaan Soeharto didukung oleh basis militer yang kuat, sehingga ia mampu mengendalikan kekuatan politik dan mengatasi segala bentuk oposisi.

Namun, pada akhir masa pemerintahannya, tindakan represif yang dilakukan oleh ABRI atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, menjadi salah satu faktor utama dalam kejatuhan Orde Baru. Tindakan represif ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang dianggap membahayakan keamanan nasional, seperti kelompok-kelompok mahasiswa dan aktivis.

Contohnya adalah peristiwa Tragedi Trisakti pada 1998, di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak mati oleh aparat keamanan saat melakukan demonstrasi menuntut reformasi. Peristiwa ini memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di seluruh Indonesia, yang pada akhirnya memaksa Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.

Selain itu, tindakan represif yang dilakukan oleh ABRI juga menimbulkan kebencian dari masyarakat, sehingga kekuasaan Soeharto semakin tergerus. Sebagai contoh, peristiwa Kerusuhan di Tanjung Priok pada 1984, di mana aparat keamanan menembaki warga yang sedang melakukan perayaan agama, menimbulkan protes dari masyarakat dan menambah ketidakpuasan terhadap pemerintahan Soeharto.

Dengan demikian, tindakan represif ABRI yang dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto di Orde Baru menjadi salah satu faktor utama yang memicu kejatuhan pemerintahan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan negara dan militer tidak selalu cukup untuk mengamankan kekuasaan pemerintahan jika tidak diiringi dengan tindakan yang bijaksana dan memperhatikan hak-hak asasi manusia.