Jawaban:

Khalifah Abasiyah yang memperlias Baitul Hikmah adalah Khalifah Harun al-Rashid (786-809 M). Baitul Hikmah didirikan pada masa kekuasaannya dan menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam pada masa itu. Baitul Hikmah menyimpan berbagai karya ilmiah dan literatur, termasuk karya-karya filsafat dan teologi.

Namun, pada masa pemerintahan khalifah-khalifah sesudahnya, terutama pada masa khalifah al-Ma'mun (813-833 M), muncul pengaruh pemikiran teologi liberal Muktazilah di kalangan intelektual Muslim. Pemikiran Muktazilah menekankan akal dan rasionalitas dalam memahami ajaran agama Islam, sehingga dianggap sebagai pemikiran yang cenderung liberal dan sekuler.

Pada masa itu, Khalifah al-Ma'mun sendiri memiliki kecenderungan untuk memihak kepada pemikiran Muktazilah, dan bahkan mempromosikan pemikiran tersebut di kalangan cendekiawan Muslim. Hal ini ditandai dengan didirikannya sebuah lembaga pendidikan resmi yang dikenal dengan Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) yang didedikasikan untuk mempelajari pemikiran Muktazilah.

Meskipun demikian, pemikiran Muktazilah tidak selalu diterima oleh seluruh kalangan Muslim pada masa itu. Ada beberapa ulama dan intelektual Muslim yang menentang pemikiran Muktazilah dan mempertahankan pandangan tradisional dalam memahami ajaran agama Islam.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh pemikiran Muktazilah mereda, dan pemikiran tradisional dalam memahami ajaran agama Islam kembali menjadi dominan di kalangan ulama dan intelektual Muslim. Meskipun begitu, warisan Baitul Hikmah dan pengaruh pemikiran Muktazilah tetap memberikan kontribusi penting dalam perkembangan keilmuan dan peradaban Islam.

Penjelasan: