Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-13 hingga ke-14. Kerajaan ini terletak di jalur perdagangan maritim antara India dan China, dan menjadi pusat perdagangan rempah-rempah seperti lada, cengkih, dan kayu manis. Selain itu, Samudera Pasai juga terkenal sebagai pusat studi Islam yang penting di Asia Tenggara pada saat itu. Kehidupan ekonomi di Samudera Pasai didukung oleh kemajuan perdagangan, yang memungkinkan kerajaan ini untuk memperoleh kekayaan dan menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar pada saat itu.

Kerajaan Aceh, di sisi lain, menjadi pusat perdagangan penting pada abad ke-16 hingga ke-17. Aceh terletak di sepanjang jalur perdagangan maritim antara India dan Tiongkok, dan menjadi pusat perdagangan rempah-rempah seperti lada hitam, cengkih, dan pala. Selain itu, Aceh juga menjadi pusat perdagangan kopi dan damar, serta menjadi pusat penghasilan hasil laut seperti ikan dan mutiara. Kehidupan ekonomi di Aceh didukung oleh perdagangan rempah-rempah dan hasil laut yang berkembang pesat, yang membuat Aceh menjadi salah satu kerajaan terkaya di wilayah tersebut.

Kedua kerajaan ini juga terkenal sebagai pusat pengembangan seni dan budaya Islam, yang diwujudkan dalam seni arsitektur, seni kaligrafi, dan seni musik. Kehidupan ekonomi dari kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh sangat dipengaruhi oleh perdagangan dan seni Islam yang berkembang pesat pada masa itu, yang memberi mereka banyak keuntungan dalam bentuk kekayaan dan pengaruh. Namun, kedua kerajaan ini juga mengalami kemunduran dan kehancuran akibat konflik dan invasi dari kekuatan asing pada abad-abad berikutnya.