Jawaban:

Pada awal tahun 2000-an, pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berjuang untuk memperoleh kemerdekaan Aceh telah terlibat dalam konflik yang berkepanjangan selama beberapa dekade. Konflik ini menyebabkan banyak korban jiwa dan kerugian materi yang besar di kedua belah pihak.

Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia dan GAM sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Finlandia, Per Stenlund. Gencatan senjata ini memungkinkan untuk diadakannya perundingan damai antara kedua belah pihak.

Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia dan GAM setuju untuk menandatangani kesepakatan damai di Helsinki, Finlandia, dengan bantuan mediator Finlandia, Martti Ahtisaari. Kesepakatan damai yang dikenal sebagai "Kesepakatan Helsinki" ini mengakhiri konflik selama 30 tahun antara pemerintah Indonesia dan GAM.

Dengan bantuan mediator dari Finlandia, negosiasi antara kedua belah pihak dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Finlandia dipilih sebagai mediator karena dianggap sebagai negara netral yang dapat membantu menengahi konflik tanpa kepentingan politik atau ekonomi terkait dengan Indonesia atau GAM.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Finlandia dipilih sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dan GAM karena dianggap netral dan mampu membantu proses negosiasi secara efektif

Penjelasan: