Penemuan fosil manusia purba dapat mendatangkan defisit negara (penurunan pendapatan negara) khususnya di Indonesia karena penelitian dan penggalian situs arkeologi memerlukan biaya yang cukup besar. Proses penggalian, pemulihan, dan konservasi fosil manusia purba memerlukan tenaga ahli, teknologi canggih, dan sumber daya finansial yang tidak sedikit. Selain itu, penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, perumahan, dan fasilitas publik juga diperlukan untuk mendukung keberhasilan penelitian arkeologi.

Dalam beberapa kasus, pemerintah dapat mengalokasikan dana untuk mendukung penelitian arkeologi dan pelestarian warisan budaya, tetapi dalam keadaan ekonomi yang sulit, anggaran untuk bidang tersebut dapat terganggu. Sehingga, penemuan fosil manusia purba dapat membebani anggaran negara dan mempengaruhi defisit fiskal. Namun, penemuan fosil manusia purba juga dapat menjadi potensi sumber pendapatan negara melalui pariwisata dan pengembangan produk budaya yang berkaitan dengan situs arkeologi, sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan negara di masa depan.