Apakah yang harus kita lakukan atas ajaran Buddha?​

Berikut ini adalah pertanyaan dari mellybelitung17 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Apakah yang harus kita lakukan atas ajaran Buddha?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

freddiealdolukito

13.10.2020

Bahasa lain

Sekolah Dasar

terjawab

Apakah yg harus di lakukan atas ajaran buddha

1

LIHAT JAWABAN

Masuk untuk menambahkan komentar

Jawaban

4 orang merasa terbantu

author link

ardhillahavicena

Pakar

185 jawaban

104.2 rb orang terbantu

Jawaban:

Dalam agama Buddha, keyakinan (bahasa Pali: saddhā, bahasa Sanskerta: śraddhā) mengacu kepada komitmen tulus untuk mempraktikkan ajaran Buddha dan percaya kepada para makhluk tercerahkan atau mereka yang telah maju dalam pelatihan diri, seperti para Buddha atau bodhisatwa (mereka yang beraspirasi untuk mencapai Buddha). Umat Buddha pada umumnya mengakui beberapa objek keyakinan, tetapi beberapa umat Buddha secara khusus membaktikan diri kepada tokoh tertentu, seperti Buddha tertentu. Keyakinan tak hanya bakti kepada seseorang, tetapi bakti muncul karena adanya hubungan dengan konsep ajaran Buddha seperti efikasi karma dan kemungkinan mencapai pencerahan.

Murid Ānanda (kiri) adalah teladan tradisional untuk murid setia Buddha.

Keyakinan dalam agama Buddha awal fokus pada tiga Mestika, yang meliputi Buddha; ajarannya (Dharma); dan terakhir, komunitas para pengikut yang maju dalam spiritual atau komunitas monastik yang berupaya mencapai pencerahan (Saṅgha). Seorang umat yang taat disebut upāsaka atau upāsika, sebuah status yang tidak membutuhkan inisiasi resmi. Agama Buddha awal menjunjung tinggi pembuktian personal atas keyakinan spiritual merupakan aspek tertinggi dalam mencapai kebenaran itu, dan menganggap kitab suci, alasan atau keyakinan kepada seorang guru bukanlah sumber otoritas utama. Keyakinan memang dianggap penting, keyakinan merupakan langkah pertama menuju kebijaksanaan dan pencerahan, lalu keyakinan juga akan usang atau mengalami perubahan penafsiran pada tahap akhir perjalanan spiritual. Agama Buddha awal secara moral tidak mengecam persembahan damai kepada dewa-dewi. Sepanjang sejarah agama Buddha, penghormatan dewa-dewi, sering kali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan animis, kemudian disesuaikan atau diadaptasi menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari Tiga Permata, yang masih terus memegang peran utama.

Pada masa berikutnya dari sejarah agama Buddha, khususnya Mahāyāna, keyakinan memiliki peran yang jauh lebih penting. Mahāyāna mengembangkan konsep sifat kebuddhaan, karena penghormatan kepada para Buddha dan bodhisatwa yang berada di Tanah Murni menjadi hal umum. Dengan munculnya kultus Sūtra Teratai, keyakinan memegang peran utama dalam praktik agama Buddha, dan berkembangnya penghormatan kepada Buddha Amitābha dan agama Buddha aliran Tanah Murni semakin memperkuat kecenderungan ini. Agama Buddha aliran Tanah Murni versi Jepang, yang dipimpin oleh Hōnen dan Shinran, meyakini bahwa keyakinan penuh komitmen kepada Buddha Amitābha adalah bentuk praktik yang bermanfaat, karena aliran tersebut menampik selibasi, meditasi, dan praktik Buddhis lainnya karena dianggap tidak efektif lagi, atau bertolak belakang dengan sifat utama keyakinan. Umat Buddha Tanah Murni mengartikan keyakinan sebagai sebuah keadaan yang mirip dengan pencerahan, dengan persepsi penyangkalan diri dan kerendahan hati. Dampak keyakinan dalam religiositas Buddhis menjadi sangat penting dalam gerakan-gerakan milenarian di beberapa negara Buddhis, yang terkadang mengakibatkan kehancuran dinasti-dinasti kekaisaran dan perubahan politik penting lainnya.

Dengan demikian, peran keyakinan meningkat sepanjang sejarah agama Buddha. Namun, dari abad ke-19 dan seterusnya, di negara-negara seperti Sri Lanka dan Jepang, begitu juga di dunia Barat, modernisme Buddhis cenderung memandang rendah dan mengkritik peran keyakinan dalam agama Buddha. Keyakinan dalam agama Buddha masih memiliki peran di Asia modern dan dunia Barat, tetapi dipahami dan diartikan secara berbeda daripada tafsiran-tafsiran tradisional, dengan nilai-nilai modern dan eklektisisme menjadi lebih penting. Komunitas Buddha Dalit, khususnya gerakan Nawayana, menafsirkan konsep-konsep Buddhis melalui sudut pandang keadaan politik kaum Dalit, akibat adanya ketegangan antara pembaruan rasionalisme dan devosi lokal.

Keyakinan diartikan sebagai kepercayaan kokoh bahwa melalui praktik ajaran Buddha maka akan membuahkan hasil.[1][2] Keyakinan adalah rasa percaya dan berserah diri kepada tokoh-tokoh yang tercerahkan atau mereka yang sudah maju dalam spiritual, seperti para Buddha atau bodhisatwa, atau bahkan biksu atau Lama tertentu yang sangat dihormati.[1][3][4] Umat Buddha biasanya mengakui berbagai objek keyakinan, tetapi beberapa penganut secara khusus menghormati satu objek keyakinan tertentu, seperti seorang Buddha tertentu.[1] Namun, agama Buddha tak pernah melekat pada satu otoritas sentral, baik sebagai orang maupun kitab suci. Kitab suci biasanya dijadikan sebagai panduan, dan konsensus yang berkenaan dengan praktik biasanya melalui perdebatan dan diskusi.[5]

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh melvinliu0135 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 08 Jan 23