Apakah sama tradisi nyadran pada masa kerajaan Hindu Budha dengan

Berikut ini adalah pertanyaan dari Alugoro1122 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Apakah sama tradisi nyadran pada masa kerajaan Hindu Budha dengan nyadran versi Islam?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Tradisi Nyadran telah dimulai sejak zaman Hindu-Budha dimana Agama Islam belumlah masuk ke Indonesia. Terdapat tradisi serupa dengan Nyadran yakni Tradisi Craddha pada zaman Kerajaan Majapahit.

Adapun kesamaan dari tradisi tersebut pada kegiatan manusia dengan leluhur yang sudah meninggal. Adanya sesaji dan ritual sesembahan untuk penghormatan terhadap leluhur yang telah meninggal.

Sedangkan Tradisi nyadran merupakan sebuah ritual yang berupa penghormatan kepada arwah nenek moyang dan memanjatkan doa selamatan.

Agama Islam Masuk ke Indonesia pada abad ke-13 melalui Walisongo. Sekiranya dakwah dengan pendekatan-pendekatan budaya merupakan jalan terbaik dalam penyebaran Agama yang masih baru tersebut.

Banyaknya ritual-ritual yang bertentangan dengan Agama Islam tidak menjadikan para wali semerta-merta menghapus tradisi-tradisi yang telah melembaga dalam Masyarakat Jawa.

Mereka mengambil jalan kebijaksanaan yakni menyebarkan agama Islam dengan mengakulturasikan budaya masyarakat Jawa dengan nilai-nilai Islam supaya mudah diterima oleh masyarakat dan masuk Islam.

Pelaksanaan Tradisi Nyadran (Craddha) pada masa Hindu-Budha menggunakan puji-pujian dan sesaji sebagai perlengkapan ritualnya sedangkan oleh Walisongo diakulturasikan dengan doa-doa dari Al-Quran.

Masyarakat Jawa Kuno meyakini bahwa leluhur yang sudah meninggal sejatinya masih ada dan mempengaruhi kehidupan anak cucu atau keturunannya.

Karena pengaruh agama Islam pula makna nyadran mengalami pergeseran dari sekedar berdoa kepada Tuhan menjadi ritual pelaporan dan wujud penghargaan kepada bulan Sya’ban atau nifsu Sya’ban.

Ajaran agama Islam meyakini bahwa bulan Sya’ban yang datang menjelang Ramadhan merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan manusia.

Oleh karena itu pelaksanaan ziarah kubur juga dimaksud sebagai sarana intropeksi atau perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan selama satu tahun.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh melyadiana29 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 23 May 23