Selat Malaka adalah salah satu selat penting dalam perkembangan kesultanan Samudra Pasai. Selat ini memainkan peran besar sebagai jalur perdagangan dan komunikasi antar benua, sehingga memungkinkan kesultanan Samudra Pasai untuk terhubung dan berdagang dengan negara-negara lain. Hal ini membuat kesultanan Samudra Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan penting di Asia pada masanya.

Menurut Tome Pires, kesultanan Samudra Pasai mengalami puncak kejayaan pada abad 16 Masehi karena memiliki posisi yang sangat strategis sebagai salah satu pusat perdagangan di Asia. Dalam perdagangan internasional, kesultanan Samudra Pasai memiliki akses ke berbagai produk seperti rempah-rempah, tekstil, dan produk lainnya yang dibutuhkan oleh negara-negara Eropa. Dengan demikian, kesultanan Samudra Pasai memiliki kekuatan ekonomi yang sangat besar dan menjadi salah satu kesultanan terkuat di Asia pada abad tersebut.

Para ahli menganggap letak kesultanan Aceh Darusallam sangat strategis karena terletak di ujung utara Sumatra, memiliki akses ke lautan dan terhubung dengan jalur perdagangan laut. Letak ini memungkinkan kesultanan Aceh Darusallam untuk mengontrol perdagangan dan memperoleh kekayaan dari perdagangan produk-produk seperti rempah-rempah dan tekstil.

Sultan Iskandar Muda dianggap sebagai raja terbesar di kesultanan Aceh Darusallam karena memiliki visi besar dan memimpin kesultanan dengan baik. Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah kesultanan, memperkuat keamanan dan memperbaiki ekonomi. Ia juga mempromosikan perdagangan dan mempererat hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Dengan demikian, Sultan Iskandar Muda membantu memperkuat posisi kesultanan Aceh Darusallam sebagai salah satu kesultanan terkuat di Asia pada masanya.