Jawaban:

Pernyataan tersebut dapat dianggap benar karena penulisan sejarah yang hanya menggunakan pendekatan HOTS (Higher Order Thinking Skills) ilmu-ilmu sosial saja tidak cukup untuk menghasilkan tulisan yang objektif dan akurat. Hal ini disebabkan karena penulisan sejarah bukan hanya tentang pengumpulan fakta dan kronologi peristiwa, tetapi juga melibatkan interpretasi, analisis, dan refleksi.

Pendekatan HOTS ilmu-ilmu sosial sendiri lebih fokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, termasuk kemampuan mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menganalisis informasi. Namun, hal tersebut tidak cukup untuk menghasilkan penulisan sejarah yang objektif dan akurat. Dalam penulisan sejarah, perlu juga memperhatikan faktor-faktor seperti sumber-sumber yang digunakan, konteks waktu dan tempat, serta sudut pandang penulis.

Selain itu, penulisan sejarah yang hanya menggunakan pendekatan HOTS ilmu-ilmu sosial juga berpotensi untuk menghasilkan interpretasi yang bersifat subjektif atau bias. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan berpikir kritis dan kreatif seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi, seperti latar belakang, keyakinan, dan pandangan politik.

Oleh karena itu, dalam penulisan sejarah perlu digunakan pendekatan yang holistik dan memperhatikan berbagai aspek, termasuk pendekatan HOTS ilmu-ilmu sosial. Penulis sejarah perlu mempertimbangkan sumber-sumber yang digunakan, menghindari bias dan pandangan subjektif, dan memahami konteks waktu dan tempat dari peristiwa sejarah yang ditulis. Dengan begitu, penulisan sejarah dapat lebih objektif dan akurat.