Berikut ini adalah pertanyaan dari satrio4990 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Selepas proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, perjuangan melawan penjajahan belum usai. Kedatangan tentara sekutu yang diboncengi militer Belanda menyebabkan tantangan mempertahankan kemerdekaan tetap ada. Apalagi, Belanda melancarkan dua agresi militer yang nyaris membuat pemerintahan Republik Indonesia lumpuh.
1947, militer Belanda berhasil menguasai Jawa Barat. Para pejuang kemerdekaan di daerah itu belum tunduk. Mereka mundur ke perdesaan. Bersama rakyat sipil bahu membahu para pejuang kembali menghantui tentara Belanda. Dalam kondisi kalah persenjataan, taktik gerilya menjadi andalan. Di antara yang bergerilya ialah kelompok pejuang di bawah kendali kapten tentara Indonesia bernama Lukas Kustaryo. Kapten Kustaryo dan kawan-kawan bertahan di Rawagede (sekarang Balongsari). Gerilya mereka sempat merepotkan tentara Belanda. Kustaryo juga sulit ditemukan dan lihai menyusun strategi. Karena licin, Kustaryo jadi salah satu buron Belanda. Kepalanya bahkan dihargai 10.000 gulden. Suatu waktu, ada mata-mata yang membuat tentara Belanda tahu, Kustaryo berada di Rawagede. Mayor militer Belanda Alphonse Jean Henri Wijnen alias Fons lantas menyiapkan strategi. Mereka bermaksud "meratakan" Rawagede agar jadi pelajaran bagi desa-desa lain yang menyembunyikan pejuang republik. Baca juga: Apa yang Dilakukan Westerling Ketika Ditugaskan di Medan? Ketika hujan deras turun di malam 8 Desember 1947, Lurah Rawagede, Saukim mencium gelagat mata-mata Belanda yang mencurigakan. Ia lantas memberitahu Markas Gabungan Pejuang (MGP), yang di dalamnya termasuk Kustaryo, agar segera hengkang dari Rawagede. Meskipun demikian, sebagian pejuang masih terjebak di rumah masing-masing. Mereka kesulitan melakukan evakuasi karena cuaca buruk pada malam tersebut. Di sisi lain, baik pejuang kemerdekaan maupun warga Rawagede tidak menyangka bahwa Belanda akan menyerang di tengah cuaca buruk. Memasuki dini hari, sejak pukul 4 pagi, 9 Desember 1947, Rawagede sudah terkepung oleh tentara Belanda dalam posisi siap tempur. Saksi mata menyatakan, pasukan Belanda sebanyak 300-an orang merangsek ke Desa Rawagede. Dalih mereka adalah untuk meringkus Kustaryo yang ternyata sudah meloloskan diri. Tidak menemukan sosok yang mereka cari, tentara Belanda menyuruh semua laki-laki, termasuk remaja belasan tahun, keluar serta berjejer di lapangan terbuka. Mereka ditanyai mengenai MGP, tapi penduduk desa sudah sepakat untuk tutup mulut. "Semua laki-laki diperintahkan keluar dari rumah, disuruh berbaris. Terus kepala mereka ditembak dengan senapan pasukan Belanda. Hanya wanita dan anak-anak saja yang lolos," ujar Wanti, salah satu janda korban pembantaian Rawagede, saat diwawancarai Antara, akhir 2011 lalu. Baca juga: Sejarah Pertempuran Laut di Teluk Cirebon: Penyebab, Tokoh, & Akhir Selepas pembantaian, para perempuan dan warga desa yang tersisa mencari mayat ayah, suami, atau anggota keluarga mereka yang tewas. Dari pengakuan mereka, diketahui ada 431 orang jadi korban tewas. Namun, militer Belanda membantah dan hanya mengakui ada 31 mayat. Seorang tentara Belanda yang turut dalam pembantaian itu, Sersan Fokke Dijkstra menyatakan bantahannya yang tercatat di buku Serdadu Belanda di Indonesia 1945-1950.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh eperitaim dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 14 Nov 22