Berikut ini adalah pertanyaan dari khansalavinagrimonia pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Dasar
Kaaa helpp!!! :'(Setahun Sekali warga Desa Colo di leren gGunung Muria menyelenggarakan upacara Sewu Kupat (seribu ketupat) dan Lepet (makanan olahan dari ketan) Kanjeng Sunan Muria. Hajatan budaya yang dilangsungkan sepekan setelah Idul Fitri atau hari ke-7 lebaran ini dinamai Parade Sewu Kupat dan Lepet Kanjeng Sunan Muria. Kupat dan Lepet merupakan makanan berbungkus janur. Janur merupakan sanepa dari jan jane nur yang berarti sesungguhnya cahaya. Adapun ketupat atau kupat dalam bahasa Jwa berasal dari Ngaku Lepat (mengaku salah). Ketupat merupakan simbol permintaan maaf.
Parade ini dimulai sejak pagi diawali dengan pengumpulan ketupat, lepet serta ampyangan (hasil bumi) di Balai Desa Colo. Kemudian diadakan doa dan tumpengan, sebelum kupat dan lepet dibentuk gunungan dan diarak. Gunungan kupat lalu dibawa ke Makam Sunan Muria di puncak Gunung Muria untuk didoakan. Setelah doa dipanjatkan dan kain mori haul sunan Muria dibebatkan di gunungan-gunungan itu, para pengusung tandu kemudian bergegas menuju taman ria, yang jaraknya sekitar 800 meter dari masjid sembari diiringi dengan senandung tembang "sinom" dan "kinanthi" karya Sunan Muria. Di tempat itulah gunungan tersebut akan diperebutkan oleh warga.
Soal : perayaan seperti di atas tentunya tidak akan kita temukan panduannnya dalam ajaran Islam baik Al-Qur'an maupun hadits dalam rangka menyambut Idul Fitri. Namun hal itu kita temukan dan diajarkan oleh dakwah Sunan Muria. Utarakan pendapatmu ;
1. Apakah hal yang demikian diperbolehkan dalam ajaran Islam?Jelaskan!
2. Bagaimana caranya agar perayaan-perayaan seperti peristiwa di atas tidak merusak ajaran Agama Islam?
3. Perlukah kita melestarikan hal tersebut? Jelaskan alasanmu!
Parade ini dimulai sejak pagi diawali dengan pengumpulan ketupat, lepet serta ampyangan (hasil bumi) di Balai Desa Colo. Kemudian diadakan doa dan tumpengan, sebelum kupat dan lepet dibentuk gunungan dan diarak. Gunungan kupat lalu dibawa ke Makam Sunan Muria di puncak Gunung Muria untuk didoakan. Setelah doa dipanjatkan dan kain mori haul sunan Muria dibebatkan di gunungan-gunungan itu, para pengusung tandu kemudian bergegas menuju taman ria, yang jaraknya sekitar 800 meter dari masjid sembari diiringi dengan senandung tembang "sinom" dan "kinanthi" karya Sunan Muria. Di tempat itulah gunungan tersebut akan diperebutkan oleh warga.
Soal : perayaan seperti di atas tentunya tidak akan kita temukan panduannnya dalam ajaran Islam baik Al-Qur'an maupun hadits dalam rangka menyambut Idul Fitri. Namun hal itu kita temukan dan diajarkan oleh dakwah Sunan Muria. Utarakan pendapatmu ;
1. Apakah hal yang demikian diperbolehkan dalam ajaran Islam?Jelaskan!
2. Bagaimana caranya agar perayaan-perayaan seperti peristiwa di atas tidak merusak ajaran Agama Islam?
3. Perlukah kita melestarikan hal tersebut? Jelaskan alasanmu!
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
1. Tidak. karena tidak ada dalam ajaran islam.
2.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh sofiagyneh dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 10 May 22