Doa yang diucapkan umat setelah Doa Syukur Agung dalam perayaan

Berikut ini adalah pertanyaan dari CupOfBerries pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Dasar

Doa yang diucapkan umat setelah Doa Syukur Agung dalam perayaan ekaristi adalah ....ngasal report
Pelajaran Agama Katolik​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

PENCERAHAN DARI Thomas Rudy

hal ini tidak diatur secara resmi dalam aturan2 liturgi, tetapi sebagai devosi, memang banyak yang menganjurkan mengatakan ini dan itu seperti yang teman-teman bilang… tapi kembali kepada yang bersangkutan masing-masing, yang jelas itulah saat yang jelas, bahwa Yesus hadir dan imam menunjukkan itu pada kita (saat hosti itu diangkat dan saat piala diangkat), Pertanyaannya: apa yang kita akan ucapkan saat kita melihat Yesus?

PENCERAHAN DARI Mas Roms

Kl mnurut pedoman umum misale romanum (PUMR) saat itu kita cukup mmandang dgn hormat. Ucapan ya Tuhanku n Allahku baik dlm hati ato brsama (dulu) tdk tepat secara teologis. Bukankan ekaristi untuk mengenang prjamuan terakhir? Kata2 ya Tuhanku….dst adl ucapan Thomas stelah Yesus bangkit.

Nambahi komentarku, dalam PUMR 43 hanya dikatakan pada saat kisah konstitusi / konsekrasi dimana imam memperlihatkan Tubuh dan Darah Kristus, tata gerak umat adalah berlutut. Dalam beberapa buku penjelasan tentang TPE 2002 sambil berlutut saat itu sikap kita adalah menatap-Nya. Memang dalam budaya kita sikap ini seolah-olah “tidak sopan” maka sebagian besar kita justru menundukkan kepala lalu mengatupkan tangan menyembah. Kedua sikap itu baik mau mengungkapkan hal yang sama, yakni: sikap hormat dan sembah bakti kita pada Yesus yang sungguh hadir. Tidak ada petun juk doa apa yang mesti diucapkan baik pribadi maupun bersama. Kata-kata “Ya Tuhanku dan Allahku” memang rasanya cocok namun secara teologis tidak tepat. Logisnya saat konsekrasi (DSA) masih perjamuan terakhir, Yesus belum menderita / wafat apalagi bangkit. Namun apapun tata gerak atau ungkapan kita, intinya kita pada saat ini mau mengungkapkan sikap hormat, sembah-bakti dan keyakinan iman bahwa yang ada dihadapan kita sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Thanks.

PENCERAHAN DARI Daniel Pane:

Beberapa kebiasaan yang populer adalah:

1. Dalam hati mengucapkan “Domine meus et Deus meus” (ya Tuhanku dan Allahku) kita mengambil alih ucapan St. Thomas sebagai ungkapan pengakuan akan kehadiran nyata dari Tuhan kita dalam rupa Ekaristi.

2. Dalam hati mengucapkan “mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa” (saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa) sambil menepuk dada 3 kali. Melalui kebiasaan ini kita mengingat bahwa Kristus menjalani Kurban Salib karena dosa-dosa kita.

Bagaimanapun tidak ada aturan yang baku mengenai hal itu. Satu lagi, kebiasaan ritus Romawi saat Tubuh dan Darah Tuhan diangkat adalah kita menyembah Dia dengan memandang-Nya.

PENCERAHAN DARI PASTOR Christianus Hendrik

Saat Imam mengangkat roti dan anggur yang diubah menjadi Tubuh dan Darah Tuhan ketika konsekrasi, itulah saat ekspresi personal mendapt tempatnya dalam liturgi. Jadi gunakanlah saat2 itu sungguh2 secara pribadi hadir dalam kesadaran penuh syukur dan hormat atas moment paling agung ketika Allah menjadi manusia demi mendekati kita dalam segala keterbatasan kita. Allah yang tak terbatas berinisiatif menjadi ‘terbatas’ supaya keterbatasan kita diangkat dalam keilahianNya.

Jadi pada saat itu, mau teriak, menjerit, menangis bahagia, bernyanyi sukacita, puji hormat dan syukur dalam segala bentuk kata2nya dipersilahkan…sejauh di dalam hati masing2 he he…. Dulu pernah saat personal ini dimasukkan juga dalam ritual bersama dan orang menjawab”Ya Tuhanku dan Allahku”…tapi kiranya ini kurang memadai bagi moment yang sangat penting itu…sekarang syukurlah dikembalikan ke saat pribadi lagi. Jadi tak usah bingung ikutilah kata hati sendiri mau mengatakan apa, yang penting hati, budi, pikiran dan kehendak terarah sepenuhnya dalam kesadaran Allah sungguh hadir dalam tanda dan sarana keselamatanNya.

Soal ekspresi tubuh saat itu, juga tidak ada ketentuan baku karena setiap bangsa punya adat budaya yang berbeda. Untuk orang Eropa dan Amerika misalnya, tanda hormat dan penuh perhatian adalah memandang langsung ke mata lawan bicara atau orang yang kita hormati saat berkontak. Tapi di suku bangsa lain justru itu tanda menantang, tidak hormat kalau memandang langsung kepada yang lebih tinggi, maka sikap yang menunjukkan rasa hormat adalah menundukkan kepala tidak boleh memandang wajah seorang raja, dsb. Jadi tidak ada ketentuan baku, silahkan saat itu juga kehendak masing2 pribadi untuk mengekspresikannya dalam keheningan bersama.

Secara pribadi sebagai imam, saya sungguh menikmati saat agung ini dengan memberi kesempatan cukup untuk memperlihatkan ‘wajah Allah’ kepada umat sambil mengangkat tinggi2 Hosti dan Anggur di hadapan umat, supaya ‘setiap orang yang memandangNya memperoleh kesembuhan dan keselamatan’. Biasanya saya hening sepanjang orang mengucapkan kata2 “Ya Tuhanku dan Allahku” dengan pelan2 dan hikmat….Tapi tidak juga terlalu lama he he…

Penjelasan:

jangan lupa beri jawaban tercerdas ya;)

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh mujiaan210 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 05 Jun 22