asal daerah, alasan melakukan perlawanan, bentuk-bentuk perlawanan, Tuanku Imam Bonjolplease

Berikut ini adalah pertanyaan dari sukinahsilitonga123 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Dasar

Asal daerah, alasan melakukan perlawanan, bentuk-bentuk perlawanan, Tuanku Imam Bonjolplease jawab sekarang soalnya besok dikumpul​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Tuanku Imam Bonjol atau yang bernama asli Muhammad Syahab lahir di Bonjol, Sumatera Barat, 1 Januari 1772.

Ia merupakan seorang putra dari Bayanuddin Syahab dan Hamatun.

Ayahnya merupakan seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang.

Penjelasan:

PERANG PADRI

Setelah menjadi pemimpin Padri, ia pun mulai terlibat ke dalam beberapa kontroversi Adat-Padri. Gerakan Padri telah dibandingkan dengan aliran Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) di Arab Saudi.

Pada 1803, terdapat tiga orang haji yang kembali dari Mekah ke Indonesia. Mereka adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang.

Mereka ingin memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna yang dijalankan oleh masyarakat Minangkabau

Mengetaui hal ini, Tuanku nan Renceh, seorang ulama, tertarik dan turut mendukung keinginan ketiga haji tersebut bersama dengan ulama lain dalam Harimau nan Salapan.

Harimau nan Salapan kemudian meminta Tuanku Lintau, panglima Kaum Padri, untuk mengajak yang dipertuan, Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Namun, tidak pernah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, Kaum Padri dengan Kaum Adat.

Seiring dengan peristiwa ini, beberapa nagari atau desa dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak.

Puncak peristiwa terjadi pada 1815, terjadi pecah pertempuran di Koto Tengah dekat Batu Sangkar.

Serangan ini membuat Sultan Arifin Muningsyah terpaksa melarikan diri dari ibu kota ke Lubukjambi.

Karena merasa terdesak, maka Kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda pada 21 Februari 1821.

Pada 1833, peperangan mulai berubah, yang tadinya antara Kaum Adat dan Kaum Padri, sekarang kedua kaum ini justru bekerja sama melawan belanda.

Bersatunya Kaum Adat dan Kaum Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama Plakat Puncak Pato di Tabek Patah.

Penyerangan serta pengepungan benteng Kaum Padri oleh Belanda terjadi selama sekitar enam bulan, dipimpin oleh jenderal dan para perwira Belanda.

Tuanku Imam Bonjol kemudian menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837, dengan kesepakatan bahwa anaknya, Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda.

Imam Bonjol kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.

Lalu, ia dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotta, Minahasa, dekat Manado.

Di tempat terakhir inilah ia meninggal dunia pada 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol disemayamkan di tempat pengasingannya tersebut.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh anastasyafarah dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 18 May 22