BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA KESENIAN MASYARAKAT KERAJAAN BULELANG !!!

Berikut ini adalah pertanyaan dari nurmugni26 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Dasar

BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA KESENIAN MASYARAKAT KERAJAAN BULELANG !!!

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Kerajaan Buleleng merupakan kerajaan tertua di Bali. Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17. Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Adat istiadat di Dwa-pa-tan sama dengan kebiasaan orang-orang Kaling.

Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah berkembang.

Kehidupan Politik Kerajaan Buleleng

Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa, berdasarkan prasasti Belanjong, Sri Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal menaklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa memilih pergi ke Bali dan mendirikan sebuah pemerintahan baru diwilayah Buleleng.

Pada tahun 989 hingga 1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa, Udayana memiliki tiga putra yakni Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu, kelak Airlangga akan menjadi terbesar Kerajaan Medang kemulan di Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura batu Madeg, Raja Udayana menjalin hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok, kedudukan Raja Udayana digantikan putranya yakni Marakatapangkaja.

Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum karena ia selalu melindungi rakyatnya, Marakatapangkaja membangun beberapa tempat peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja ialah kompleks candi di Gunung Kawi “Tampaksiring”. Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adikanya, Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Anak Wungsu berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menaggulangi berbagai gangguan baik dari dalam maupun luar kerajaan.

Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasihat pusat yang disebut pakirankiran I Jro makabehan. Badan ini terdiri atas senapati dan pendeta Siwa serta Buddha. Badan ini berkewajiban memberi tafsiran dan nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul dalam masyarakat, Senapati bertugas di bidaang kehakiman dan pemerintahan, sedangkan pendeta mengurusi masalah sosial dan agama.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Buleleng

Para ahli memperkirakan keadaan masyarakat Buleleng pada masa Dinasti Warmadewa tidak begitu jauh berbeda dengan masyarakat pada saat ini. Pada masa pemerintahan udayana masyarakat hidup berkelompok dalam suatu daerah yang disebut wanua. Sebagian besar penduduk yang tinggal di wanua bermata pencaharian sebagai petani. Sebyah wanua dipimpin seorang tetua yang dianggap pandai dan mampu mengayomi masyarakat.

Pada masa pemerintahan Anak Wungsu, masyarakat Buleleng dibagi menjadi dua kelompok besar yakni golongan caturwarna dan golongan luar kasta “jaba”, pembagian ini didasarkan pada kepercayaan Hindu yang dianut masyarakat Bali. Raja anak Wungus juga mengenalkan sistem penamaan bagi anak pertama, kedua, ketiga dan keempat dengan nama pengenal sebagai berikut.

Anak pertama dinamakan wayan, kata wayan berasal dari wayahan yang berarti tua.

Anak kedua dinamakan made, kata made berasal dari madya yang berarti tengah.

Anak ketiha dinamakan nyoman, kata nyoman berasal dari nom yang berarti muda.

Anak keempat dinamakan nyoman, kata ketut berasal dari tut yang berarti belakang.

Selama pemerintahan Anak Wungsu peraturan dan hukum ditegakkan dengan adil, masyarakat diberi kebebasan berbicara. Jika masyarakat ingin menyampaikan pendapat mereka didampingi pejabat desa untuk menghadap langsung kepada raja. Kebebasan tersebut membuktikan Raja Anak Wungsu sangat memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya

Masyarakat Buleleng sudah mengembangkan berbagai kegiatan kesenian, kesenian berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Udayana, pada masa ini kesenian dibedakan menjadi dua yakni seni keraton dan seni rakyat. Dalam seni keraton dikenal penyanyi istana yang disebut pagending sang ratu, selain penyanyi dikenal pula kesenian petapukan “topeng”, pemukul “gamelan”, banwal “gadelan” dan pinus “lawak”. Adapun jenis kesenian yang berkembang di kalangan rakyat antara lain awayang ambaran “wayang keliling”, anuling “peniup suling”, atapukan (permainan topeng”, parpadaha “permainan genderang” dan abonjing “permainan angklung”.

maaf ya kalau salah

kalau benar jangan lupa di follow ya

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh gilbert216 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 20 Jun 21