8 adat istiadat nama tradisi peristiwa dan maknanya,​

Berikut ini adalah pertanyaan dari wawa2565 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Dasar

8 adat istiadat nama tradisi peristiwa dan maknanya,​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

1. Ma’nene di Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Tradisi Ma’nene merupakan cara masyarakat Toraja menghormati para leluhur. Menurut mereka, roh mereka tidak pernah meninggalkan keluarga. Maka dari itu, mereka punya tradisi untuk mendandani dan mengganti pakaian untuk dibawa pulang ke rumah.

Biasanya Ma'nene dilakukan setelah panen besar pada Agustus. Meski demikian, ada pula yang melakukannya pada September, setahun setidaknya ada tiga kali.

2. Kebo-keboan di Banyuwangi, Jawa Timur

Kebo-keboan digelar untuk memohon kesuburan sawah dan hasil panen yang melimpah. Tradisi ini dijalankan masyarakat Banyuwangi, khususnya Suku Osing. Setiap tahunnya, kamu bisa melihat Kebo-keboan di Desa Alasmalang dan Aliyan pada 10 Muharram atau Suro.

Acara dimulai dengan mengarak orang yang kerasukan roh gaib untuk dibawa ke Rumah Kebudayaan Kebo-keboan. Terakhir, akan ada Dewi Kesuburan dan Dewi Sri yang menaburkan benih padi kepada para petani dan kebo.

3. Omed-omedan di Bali

Omed-omedan menjadi tradisi pemuda Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Denpasar, dalam menyambut pergantian Tahun Baru Caka. Acara ini sudah dilakukan sejak abad ke-18 Masehi.

Omed-omedan bukan tradisi ciuman seperti yang terlihat di media sosial, melainkan saling tarik-menarik. Tradisi ini hanya boleh dilakukan anggota baru masuk perguruan tinggi hingga yang belum menikah. Bagi yang sedang berhalangan dilarang untuk ikut serta.

4. Ikipalin di Papua

Suku Dani di Lembah Baliem, Papua, punya cara cukup ekstrem dalam mengungkapkan kesedihannya. Ketika ada anggota keluarga atau kerabat yang meninggal, mereka akan memotong jarinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah malapetaka yang membuat nyawa hilang terulang kembali.

Ikipalin dilakukan menggunakan benda tajam, seperti pisau, kapak, parang, atau lainnya. Untungnya, seiring dengan terbukanya Suku Dani, kini mulai banyak orang yang meninggalkannya.

5. Tatung di Singkawang, Kalimantan Barat

Layaknya debus, kamu yang belum terbiasa akan ngeri melihat tradisi Tatung di Singkawang. Dalam meramaikan Cap Go Meh Singkawang, ada ratusan orang yang melakukan tradisi tersebut. Tatung sendiri punya makna roh dewa dari bahasa Hakka.

Dalam menjaga kesaktiannya, mereka diharuskan melakukan beberapa ritual. Salah satunya puasa makan daging setiap tanggal satu dan 15 setiap bulannya dalam penanggalan Tiongkok.

6. Bakar Tongkang di Bagan Siapiapi, Riau

Keturunan Tionghoa di Bagan Siapiapi, Riau, punya tradisi spesial setiap Juni bernama Bakar Tongkang. Awalnya, tradisi ini menjadi bentuk keputusasaan masyarakat Tionghoa untuk menetap di sebuah wilayah.

Seiring perkembangan zaman, tradisi ini menjadi pengingat masyarakat Bagan Siapiapi untuk tak lupa dengan kampung halamannya. Ritual ini diadakan dengan cara membuat kapal layar yang nantinya akan dibakar.

Sebelumnya, kelenteng yang ada di sekitarnya melakukan upacara pemanggilan roh. Setelah itu, roh akan dimasukkan ke dalam orang yang bersedia menjadi medium.

7. Pasola di Sumba, Nusa Tenggara Timur

Pasola terus berkembang menjadi sebuah tradisi turun-temurun bagi masyarakat Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Acara ini merupakan sebuah permainan ketangkasan melempar lembing kayu sambil menunggang kuda.

Pasola digelar dalam menyambut masa tanam. Zaman dahulu, mereka percaya bahwa dengan adanya kecelakaan saat acara berlangsung, hal ini menjadi pertanda baik bagi hasil pertanian. Hingga kini, mereka tetap bertarung saat Pasola guna menjaga tradisi leluhur.

8. Rambu Solo di Tana Toraja

Tana Toraja memang punya banyak tradisi unik, apalagi yang berhubungan dengan kematian. Bagi mereka, Rambu Solo menjadi ritual yang harus dilakukan saat ada yang meninggal.

Kalau tidak dilakukan, mereka percaya arwahnya akan memberikan kemalangan kepada orang yang ditinggalkan. Sebelum ritual dimulai, orang yang meninggal hanya akan dianggap sakit.

Mereka akan merawatnya dengan memberikan sesaji, seperti makanan, minuman, rokok, sirih, atau lainnya. Biasanya, Rambu Solo akan diadakan pada Juli dan Agustus.

SEMOGA MEMBANTU!!

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Alishawidodo dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sat, 10 Jul 21