Bagaimana menurut Ibnu araby dan imam Al-Ghazali dalam mengimani tuhan

Berikut ini adalah pertanyaan dari srir17888 pada mata pelajaran SBMPTN untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Bagaimana menurut Ibnu araby dan imam Al-Ghazali dalam mengimani tuhan ​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Dalam tasawuf Dzunnun al-Misry (W. 860 H), yang dianggap sebagai bapak paham Makrifat dijelaskan bahwa pengetahuan manusia tentang Tuhan ada tiga macam. Pertama, pengetahuan orang awam bahwa Tuhan itu satu yaitu dengan melalui ucapan syahadat, kedua, pengetahuan ulama bahwa Tuhan itu satu menurut logika akal, dan ketiga, pengetahuan sufi bahwa Tuhan itu satu dengan perantaraan hati sanubari.

Al-Ghazali (1058 –1111 M) adalah seorang tokoh yang berawal sebagai seorang ahli hukum Islam dengan karyanya al-Mustashfa (berisi tentang yurisprudensi hukum Islam), lalu sebagai teolog, kemudian sebagai filosof dan terakhir menjadi sufi. Ia pernah belajar pada Imam al- Haramain al-Juwaini (W: 478 H) di Madrasah Nidhamiyah di Naisabur. Al-Juwaini adalah guru besar di Madrasah Nidhamiyah yang paham ilmu Kalamnya beraliran Asy’ariyah (Ahlus-sunnah). Ciri khas aliran ini adalah bahwa akal tidak begitu besar kekuatannya sehingga banyak bergantung kepada wahyu, kemudian memberi argumen-argumen rasional terhadap teks wahyu tersebut.

Orang arif menurut para sufi adalah orang yang telah sampai pada tingkat makrifat wihdatul-wujud dengan daya rasa musyahadah. Maksudnya orang arif adalah orang yang menyatakan bahwa Allah itu adalah alam semesta ini sendiri. Menurut mereka, apa yang kita rasakan, apa yang kita lihat, dan apa yang kita dengar maka semuanya itu adalah dzat Allah sendiri.

Dari pengertian tentang makrifat ini, ternyata di kalangan para sufi sendiri masih kontroversial. Ibnu Arabi menjelasakan bahwa orang arif adalah orang yang menyaksikan Allah dalam segala sesuatu, bahkan melihat Allah adalah sumber inti dari segala sesuatu. Melihat dari arti arif tersebut, Ibnu Arabi ternyata sudah melewati jauh dari definisi makrifat al-Ghazali, bahkan sudah menempati paham Wihdatul-Wujud yang diajarkannya. Hal ini tampak lebih jelas dalam ungkapannya: Orang arif yang sempurna adalah orang yang melihat segala sesuatu yang disembah menjadi tempat terwujudnya Yang Maha Benar. Oleh karena itu, mereka meyakini segala sesuatu yang disembah sebagai Tuhan walaupun dengan nama-nama yang tertentu, seperti batu, pohon, hewan, manusia, bintang, atau malaikat.

Paham makrifat Ibnu Arabi seperti ini tentu berbeda dengan paham makrifat al-Ghazali. Dan orang pertama yang mengingkari paham ini bahkan menetapkan kekafiran dan kebohongan Ibnu Arabi adalah Izzuddin Abd as-Salam (577-660 H). Di samping Izzuddin Abd al-Salam, Ibnu Taimiyyah dan tokoh-tokoh Islam di Saudi Arabia, – pada umumnya mereka di bidang ilmu kalamnya beraliran Wahabiyah (dipelopori oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahab) (1703-1787 M), – juga turut mengecam ajaran Ibnu ‘Arabi tersebut, seperti Syaikh Badran al-Khalili, Shaikh Abd al-Latif Ibn Abdillah as-Su’udi dan Syaikh Sayyid ‘Arif. Komentar mereka, keyakinan yang mereka ( al Bustami, al Hallaj dan Ibnu Arabi ) temukan pertama kali adalah paham Ittihad, wihdatul-wujud dan hulul. Kemudian semakin tampaklah perbedaan dan penyimpangannya serta perlawanan mereka terhadap Islam seperti yang tercantum dalam buku fushus al-hikam. Sesungguhnya dalam buku itu telah terjadi penipuan dan penyebaran ajaran-ajaran iblis.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh HaniiAlana dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 09 Mar 22