Para ulama hadis membagi derajat hadis menjadi hasan, shahih, maudhu', dan dha'if untuk menilai kekuatan dan keabsahan hadis sebagai sumber ajaran agama Islam. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa hadis yang digunakan dalam menetapkan hukum Islam dan perilaku umat Muslim berasal dari sumber yang sahih dan dapat dipercaya.

1. Hasan: Hadis yang memiliki sumber dan periwayatannya kuat namun tidak mencapai tingkat kekuatan shahih. Hadis hasan bisa dijadikan sebagai hujjah (bukti) dalam urusan agama selama tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat.

2. Shahih: Hadis yang berasal dari periwayat yang dapat dipercaya dan memiliki kesaksian yang cukup kuat serta tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang lebih kuat. Hadis shahih dianggap sebagai hujjah yang paling kuat dalam menetapkan hukum Islam.

3. Maudhu': Hadis palsu atau dibuat-buat yang disisipkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hadis maudhu' tidak dapat digunakan sebagai sumber hukum Islam.

4. Dha'if: Hadis yang berasal dari periwayat yang tidak dapat dipercaya atau memiliki cacat dalam sanadnya. Hadis dha'if tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam kecuali jika ada dalil yang lebih kuat yang menguatkan hadis tersebut.

Dengan membagi derajat hadis, para ulama hadis dapat memilah hadis-hadis yang sahih dari yang palsu dan cacat, sehingga dapat memastikan bahwa hadis yang digunakan sebagai sumber ajaran Islam berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini memastikan bahwa hukum dan perilaku yang diterapkan oleh umat Islam berdasarkan pada sumber yang sahih dan tidak menyesatkan.