Berikut ini adalah beberapa pertimbangan dalam perencanaan sanitasi sebuah bangunan terkait dengan grey water dan black water:

Sistem pengolahan grey water

Grey water adalah air yang telah terkontaminasi oleh sisa-sisa makanan, sabun, dan deterjen yang terbuang dari kegiatan mandi, mencuci, atau bersih-bersih rumah. Grey water dapat dipertimbangkan dalam perencanaan sanitasi dengan membuat sistem pengolahan grey water, seperti sistem pengolahan air terbuka atau tertutup. Sistem pengolahan air terbuka dapat berupa sistem penyaringan, penampungan, dan penghijauan, sedangkan sistem pengolahan air tertutup dapat berupa sistem pengolahan air sederhana atau sistem pengolahan air bertekanan.

Sistem pengelolaan black water

Black water adalah air yang terkontaminasi oleh feses, urine, dan sisa-sisa kegiatan buang air besar. Black water dapat mengandung bakteri-bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sehingga pengelolaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Dalam perencanaan sanitasi, sistem pengelolaan black water harus dipertimbangkan dengan membuat sistem pembuangan air limbah yang sesuai dengan standar keamanan dan kesehatan. Sistem pembuangan air limbah tersebut dapat berupa sistem septic tank atau sistem pembuangan air limbah ke jaringan pipa air limbah umum.

Ketersediaan sumber air

Selain sistem pengolahan grey water dan black water, pertimbangan lain dalam perencanaan sanitasi adalah ketersediaan sumber air. Sumber air yang tersedia dapat berupa air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), air sumur, atau air hujan. Pemilihan sumber air yang tepat akan sangat mempengaruhi keberhasilan perencanaan sanitasi.

Kebutuhan air tiap orang

Dalam perencanaan sanitasi, perlu diperhitungkan juga kebutuhan air tiap orang. Kebutuhan air per orang per hari bervariasi tergantung pada aktivitas, suhu, dan kelembaban udara. Kebutuhan air per orang per hari biasanya berkisar antara 100-200 liter per hari.