Salah satu contoh dokumen negarayang menunjukkankata-kata yang stereotipikal, imparsial, atau menunjukkan stigma terhadap kelompok tertentu bisa kita lihat dalam Piagam Jakarta. Bunyi Pancasila sila satu pada saat itu berbunyi Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya. Hal ini tentu saja bersifat eksklusif atau ditujukan pada golongan tertentu dan tidak bersifat inklusif. Oleh karena dirasa eksklusif dan tidak inklusif atau terbuka dan tidak terbatas pada golongan tertentu, maka kalimat tersebut kemudian diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi kalimat yang lebih inklusif. Oleh karena itu saran terhadap masih adanya penggunaan kata-kata yang tidak inklusif sebaiknya harus melihat dari berbagai aspek, yaitu aspek filosofis, sosiologis (masyarakat yang majemuk), juga aspek yuridis. Ketika menggunakan ketika aspek tersebut maka diharapkan penggunaan kata-kata dalam dokumen negara tidak lagi bersifat eksklusif.

Pembahasan

Seharusnya dalam sebuah negara yang multikultural dan majemuk, terdiri dari berbagai perbedaan, penggunaan kata-kata yang eksklusif merupakan hal yang sangat sensitif dan rentan memunculkan gesekan. Oleh karena itu, wajib untuk melihat secara luas dan terbuka serta menimbang segala resiko yang ada sehingga bukan hanya penggunaan kata-kata yang wajib inklusif namun aplikasi dalam kehidupan sehari-hari juga wajib inklusif.

Pelajari lebih lanjut

Materi tentang inklusif yomemimo.com/tugas/2810578

#BelajarBersamaBrainly #SPJ1