Aktivitas masyarakat Islam di Kesultanan Makassar pada masa itu meliputi berbagai macam kegiatan yang diatur berdasarkan hukum Islam, seperti shalat lima waktu, puasa, zakat, dan haji. Kesultanan Makassar pada masa itu dianggap sebagai pusat kebudayaan Islam di Sulawesi Selatan, sehingga banyak ulama dan cendekiawan Islam berkumpul di sana. Selain itu, aktivitas perdagangan juga menjadi sangat penting, dan Kesultanan Makassar menjadi pusat perdagangan di wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya.

Corak agama di Kesultanan Makassar pada masa itu sangat dipengaruhi oleh Islam, meskipun adat istiadat dan kepercayaan tradisional juga masih diperhatikan. Kesultanan Makassar juga memiliki sistem ekonomi yang maju dengan bergantung pada perdagangan dan kerajinan tangan. Sistem kerajaan di Kesultanan Makassar pada masa itu adalah sistem monarki yang diatur berdasarkan adat dan hukum Islam. Selain itu, Kesultanan Makassar juga memiliki budaya yang kaya, dengan seni dan kesenian tradisional yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Peninggalan peradaban Islam di Indonesia sangat beragam dan kaya. Beberapa di antaranya adalah:

Masjid-masjid tua dan peninggalan sejarah lainnya, seperti di Masjid Demak, Masjid Agung Banten, dan Masjid Tua Kudus, yang menjadi saksi perjalanan Islam di Indonesia.

Kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kesultanan Aceh, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Demak, Kesultanan Mataram, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Tidore, yang menjadi contoh sistem kerajaan Islam di Indonesia.

Warisan kesenian Islam, seperti seni kaligrafi, seni ukir, seni musik gambus, dan tari Saman, yang menjadi bagian dari kebudayaan Islam di Indonesia.

Pendidikan Islam, seperti pondok pesantren dan madrasah, yang masih dipertahankan hingga saat ini sebagai bentuk warisan peradaban Islam di Indonesia.